Jumat, 22 Mei 2009

Islam Menggugat Sosialime

Semenjak runtuhnya Uni Soviet, ideologi sosialisme hanya menjadi riak-riak kecil. Seiring berjalannya waktu, riak-riak kecil tersebut terakumulasi dan berusaha untuk mengulangi romantisme sejarah masa lalu. Hal ini adalah wajar, bahkan tidak salah jika disebut sebagai suatu keniscayaan. Karena memang hakekat dari suatu ideologi jika telah mengkristal dalam sanubari individu ataupun komunitas masyarakat,

maka mereka pasti akan bergerak menyebarkannya akibat aura panas ideologi yang terus membakar para pengembannya. Bayang-bayang sosialisme semakin lama semakin tampak dengan menjamurnya berbagai “organisasi mantel” yang berhaluan sosialisme. Baik mereka yang menempuh jalur politik legal maupun yang bergerak pada tataran gress root.
Terlepas dari para pengembannya, sosialisme adalah pemikiran mendasar yang menjadikan doktrin dialektika materialisme sebagai landasan berpijak. Sehingga mereka menganggap alam semesta, kehidupan, dan manusia adalah materi. Munculnya materi adalah akibat adanya dialektika dalam materi tersebut. Oleh karena itu lahirlah konsep pemikiran yang begitu diagung-agungkan bertajuk “dialektika materialisme” yang berasaskan hukum thesa-antithesa-sintesa. Selain itu salah satu keunikan dari ideologi ini adalah konsep ketuhanan yang mereka adopsi. Karena berpijak pada pemahaman materialisme, maka mereka menganggap bahwa materilah yang mengeksiskan Tuhan yang dianggap sebagai sesuatu yang imajiner dan bukan sesuatu yang mutlak adanya.
Sehingga wajar jika seorang tokoh sosialis bernama Karl Mark manyatakan, manusia mewujudkan Tuhan, bukan Tuhan yang mewujudkan manusia”. Konsep ini diaminkan oleh Trostsky yang menganggap agama adalah candu bagi masyarakat.
Jika menggunakan perspektif Islam sebagai ideologi yang secara diametral sangat bertentangan dengan sosialisme, pemahaman Karl Mark adalah pemahaman yang salah. Tuhan adalah realitas mutlak bukan sekedar ide yang imajiner. Pemahaman yang dianut oleh Karl Mark inilah yang membuat dia dan para pengikutnya terjerumus pada persepsi yang salah terhadap agama. Kesalahan mereka ini berawal dari tidak mampunya membedakan antara eksistensi Tuhan dan ide ketuhanan. Eksistensi Tuhan adalah realistas mutlak, sementara ide ketuhanan bersumber dari proses berpikir manusia.
Perjungan sosialisme mencoba memasuki seluruh sendi kehidupan untuk meyakinkan masyarakat tentang kebenaran teori yang dicetuskannya. Dengan rekayasa yang begitu sistematis mereka mampu menggunakan jalur sains sebagai sarana meyakinkan masyarakat.
Misalnya untuk menafikkan peran Tuhan dalam penciptaan manusia dan membuktikan bahwa proses penciptaan manusia mengikuti doktrin dialektika materialisme, maka para pengemban sosialis tulen mencoba mengeluarkan teori penciptaan ala mereka. Sepintas teori mereka memang sangat ilmiah, namun melalui nalar kritis maka kecacatan teorinya akan terlihat jelas dan membuktikan intelektualistas mereka adalah intelektual yang sangat minimalis.
Dalam membahas teori penciptaan mereka selalu meletakkan kenyataan empirik untuk mewakili adanya hukum thesa-antithesa-sintesa. Mereka menganggap sperma sebagai thesa dan ovum sebagai antithesa. Jika kedua materi ini tidak melakukan dialektika maka tidak akan mungkin mucul materi baru. Namun ketika terjadi proses dialektika maka interaksi antara sperma dan ovum akan menghasilkan zygot, dimana zygot ini memiliki wujud yang berbeda dari materi penyusunnya. Hal ini adalah bukti adanya proses pelenyapan yang membarengi dialektika materialisme yaitu hilangnya sifat dasar sperma dan ovum dan membentuk materi dengan wujud yang sama sekali baru (zygot).
Sebagaimana pembentukan air. Dalam perspektif sosialisme air terbentuk mengikuti hukum thesa-antithesa-sintesa. Hidrogen (thesa) dan oksigen (antithesa) yang mengalami proses dialektika.
Seolah teori yang diusung oleh pengemban ideologi sosialisme adalah teori yang sudah sangat ilmiah dan mampu memecahkan misteri penciptaan dengan basis teori dialektika materialisme yang mereka miliki. Dan terlebih lagi berusaha untuk membuktikan tidak adanya capmpur tangan Tuhan.
Teori sosialisme ini adalah teori yang batil dalam pandangan Islam. Memang benar, dalam beberapa kasus interaksi antara materi (yang oleh pengemban sosialis dianggap sebagai dialektika) akan menghasilkan materi baru. Tetapi interaksi saja tidak serta merta dapat menghasilkan materi baru.
Dalam proses penciptaan manusia misalnya. Pemikiran kaum sosialis adalam pemikiran yang sangat minimalis. Sementara untuk menguak proses penciptaan manusia haruslah menggunakan pemikiran yang cemerlang. Memang benar awal wujud manusia adalah zygot yang terbentuk dari adanya proses dialektika antara sperma dan ovum. Namun apakah penganut sosialis pernah bertanya dan menganlisis mengapa dari jutaan sperma hanya satu yang mampu mebuahi ovum? Mengapa sperma bisa langsung mengetahui keberadaan ovum? Atau mengapa setelah terjadi dialektika antara sperma dan ovum, jumlah kromosom manusia adalah 46? Siapa yang mengatur pertemuan dan jumlah kromosom tersebut?
Atau dalam pembentukan air, ternyata bukan sekedar proses dialektika yang terjadi tetapi adanya aturan perbandingan yang begitu ajaib. Air hanya akan terbentuk jika adanya ikatan antara dua atom hydrogen dan satu otom oksigen. Pertanyaannya adalah siapa yang mengatur perbandingan yang begitu sempurna tersebut? Apakah semuanya terjadi secara kebetulan dan tiba-tiba? Jawaban yang sangat tidak memuaskan akal jika hanya dijawab melalui proses kebetulan dan tiba-tiba. Aturaan tersebut pasti berasal dari luar materi dan aturan tersebut bukanlah materi.
Islam tampil sebagai ideologi paripurna, yang memberikan jawaban yang memuaskan akal, sesuai dengan fitrah manusia dan mampu menenangkan hati. Konsep ketuhanan dan pencipataan dalam Islam adalah konsep yang sangat rasional dan mampu dibuktikan secara ilmiah. Islam menganggap Tuhan (Allah) adalah mutlak adanya. Kompleksitas dan kesempurnaan proses penciptaan manusia, alam semesta dan kehidupan adalah murni pengaturan dari Allah. Suatu proses yang begitu kompleks tersebut jelas tidak akan pernah mucul dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakannya.
Kesempurnaan ideologi Islam, tidak hanya sebatas pada kemampuannya menjelaskan konsep penciptaan manusia, namun konsep-konsep kehidupan lain terutama yang menyangkut interaksi sesama manusia. Ternyata Islam mampu menampilkan konsep agung yang dapat dibuktikan kebenarannya secara fakta historis dan anlisis ilmiah.
Dengan demikian doktrin sosialime-komunisme adalah pemahaman yang sangat berbahaya. Karena pemahaman ini mampu menyeret manusia pada jurang atheis dan secara tidak sadar menjadikan materi sebagai sesembahannya. Padahal eksistensi Allah sebagai Tuhan seru sekalian alam adalah sebuah keniscayaan terhadap eksistensi manusia, kehidupan, dan alam semesta.
Oleh karena itu ajaran sosialisme-komunisme sangat bertolak belakang dengan Islam. Kalaupun ada pencetus ide baru yang mencoba mengkompromikan ide sosialisme dengan agama, dan menggagas lahirnya teori sosialisme-regius, maka ini adalah usaha untuk mengkompromikan ideologi. Dan yakinlah usaha untuk mencampuradukkan dua ideologi yang secara diametral sangat berbeda, adalah usaha yang sia-sia dan justru akan menghasilkan problem baru.

Catatan : Dimuat di koran kampus Identitas, sempat mendapat bantahan dari mereka yang pro sosialime dan menemakan dirinya sebagai pengusung sosialisme religius...namun seperti biasanya membantah tanpa memberikan alternatif konsep yang jelas....Hai para pengusung SOSIALISME yang bersyahadat, sadarlah anda sebelum datang khilafah ala minhajinnubuah...mengadilimu....memenggal lehe siapa saja yang bersyahdat namun ikhlas masuk dalam kubangan kekufuran...


1 komentar:

gemapembebasan.unnes mengatakan...

pertemuan sperma dan ovum untuk menjadi zygot mutlak memerlukan kondisi disekitarnnya dengan ukuran yang pas(rahim) keasaman,kelembapan dll...berarti selain tesis dan antitesis untuk menjadi sintesa mutlak bergantung sesuatu yang diluarnya.nah yang menentukan sesuatu dengan ukuran...ini siapa????????bukan kah itu ALLAH?www.nongkrongcerdas.net

Posting Komentar