Selasa, 29 September 2009

Hukum Nonton Bioskop

‘Bioskop’ adalah adaptasi bahasa Indonesia terhadap kata ‘bioscope’ dari Afrika Selatan (kemungkinan juga dari Belanda). Pada awalnya film di bioskop adalah rangkaian gambar bergerak yang berdurasi pendek, bisu, dan diputar di lapangan atau ruangan/hall. Genre yang diusung biasanya adalah seni drama, komedi slapstick (bodoh-bodohan, seperti Caplin), sulap, dan percintaan.

Film-film pendek tersebut pada awalnya memang merupakan sarana hiburan bagi warga Barat sebagai pengganti pertunjukan langsung. Pada pertunjukan langsung, durasi pertunjukan memang bisa lebih lama, namun frekuensinya terbatas. Dengan bantuan teknologi film, frekuensi pertunjukan dapat ditingkatkan puluhan kali lipat, kostum dan panggung dapat dihemat, untung bagi para pengusaha film dan bioskop pun meningkat pesat. Para pengambil untung tersebut, kata Henry Ford, didominasi oleh kalangan Yahudi (The International Jews, 1922).

Antara tahun 1900 dan 1914, durasi pertunjukan dinaikkan menjadi hingga dua jam, dan setelah Perang Dunia I produksi film dunia dipusatkan di Hollywood, California. Film pun menjadi memiliki suara pada akhir tahun 1920an, dan berwarna (Technicolor) pada tahun 1930an. Maka berduyun-duyunlah manusia ke bioskop dan teater, hanya sekedar melepaskan penat.

Hukum Menonton Bioskop

Film bioskop sebagai citraan gambar bergerak di dalam seluloida (asetat) yang diperbesar melalui proyeksi cahaya intensitas tinggi pada sebuah layar lebar. Layar lebar adalah benda yang mubah (begitupun yang memiliki format digital). Apapun jenis dan kategori film itu. Sebab, hukum asal dari semua benda adalah mubah selama tidak ada dalil yang melarangnya (mengharamkannya). Selain itu, saya juga meng-qiyaskan film ini dengan film di tustel kamera.

Sementara itu hukum membuat film dan menonton film adalah perkara yang berbeda. Membuat film dan menonton film adalah aktivitas, dan kaidah syariat Islam untuk masalah aktivitas adalah ‘hukum asal dari perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syariat.’ Jadi, harus diinferensi terlebih dahulu berdasarkan empat sumber hukum Islam yang ada.

Membuat film, harus jelas agendanya. Agenda tersebut antara lain, pertama adalah tujuan pembuatan film. Tujuan pembuatan film tidak boleh bertentangan dengan Islam (seperti film ‘Fitna’-nya Wilders). Mengambil keuntungan sembari menghibur (bukan berarti melenakan), sebagaimana penjelasan kebanyakan sineas, saya rasa adalah tujuan yang diperbolehkan dalam pembuatan film.

Hal kedua yang perlu diperhatikan keterikatannya dengan Syariat adalah, formasi penyusun naskah, penulis skrip, tipe adegan, dan pemain film. Jika naskah yang disusun memuat adanya scene pelacuran ataulah bar, skrip berisi kata-kata yang tidak pantas diucapkan seperti umpatan serapah, ada adegan membuka aurat atau berciuman (apalagi mengingat pemain film tidak semahram), tentu film seperti ini diharamkan untuk membuatnya. Saya pikir, sineas yang kreatif dapat membuat film berkualitas tanpa harus melanggar Syariat. Dedi Mizwar dkk. rasanya sudah mendekati kualitas ini.

Adapun hukum menonton film di bioskop adalah perkara lain. Kita cermati terlebih dulu apa yang dilakukan oleh orang yang menonton bioskop. Bioskop merupakan tempat pertemuan yang semua orangnya menghadap layar proyeksi. Baik itu di bioskop maupun di kelas, atau di musholla, selama ada film yang diproyeksikan untuk ditonton bersama dalam satu ruang bersama, dan ada syarat untuk membayar tiket masuk, maka kita dapat menyebutnya bioskop.

Nah, manakala banyak orang berkumpul untuk melakukan aktivitas, harus dilihat terlebih dahulu kategori ruang berkumpulnya. Apakah ruang publik ataukah ruang privat. Menurut an-Nabhani, di dalam ruang publik hukum asal pertemuan laki-laki dan perempuan non-mahram adalah haram, kecuali untuk tiga perkara. Yakni, perkara pendidikan, perkara kesehatan, dan perkara muamalah (seperti jual beli, kontrak dagang, jasa naik angkot, silaturahmi). Meski diperbolehkan di dalam tiga perkara, perempuan- dan laki-laki non-mahram tetap terikat aturan seperti tidak boleh berkhalwat dan berikhtilat.

Khalwat adalah aktivitas ‘interaksi’ di antara dua orang di mana orang lain tidak akan dapat masuk ke dalam pembicaraan dua orang tersebut, baik itu dilakukan di ruang publik ataupun ruang privat. Sedangkan ikhtilat adalah ‘interaksi’ laki-laki dan perempuan secara campur baur (tidak dipisah/dihijab) untuk selain tiga perkara di atas.

Kita telah mengetahui bahwa bioskop adalah tempat pertemuan di antara sidang penonton, yang merupakan ruang privat yang dijadikan ‘milik’ publik manakala ada orang yang mau membayar untuk masuk (disewakan). Persis dengan bis kota, kereta api, dan semisalnya. Dapat diputuskan untuk menghukumi bioskop sebagai ruang publik terbatas. Ruang publik karena semua orang boleh masuk, disebut terbatas karena adanya syarat membayar untuk masuk . Hukum-hukum mengenai aktivitas di dalamnya terkait dengan hukum ruang publik, contohnya seorang muslimah harus menutup auratnya secara sempurna, dll. Hal yang sama berlaku terhadap rumah seseorang, yang merupakan ruang privat, di mana ketika orang lain diberikan ijin untuk masuk maka ia dapat menjadi ruang publik.

Lalu, aktivitas apa yang dilakukan oleh orang-orang di dalam bioskop. Mereka biasanya duduk tenang, sesuai nomor (tanpa pemisahan/hijab), melihat ke layar, menikmati sajian tontonan baik dengan serius atau mengemil. Selesai film diputar, mereka akan keluar dari ruangan dan selesailah aktivitasnya. Jika demikian saja yang terjadi, maka di dalam ruangan tersebut tidak terjadi ‘interaksi’ antar makhluk hidup yang dibebani hukum sama sekali. Yang terjadi adalah interaksi antara manusia dan benda. Seperti halnya kita membaca artikel di depan layar komputer secara bersama-sama. Ini membantah pandangan sebagian pihak yang memandang bahwa aktivitas menonton bioskop adalah aktivitas khalwat dan ikhtilat.

Dalam tataran ini, hukum menonton bioskop adalah mubah. Dari segi lain, seperti dari jenis film yang ditonton, film yang dimubahkan untuk dilihat hanya jenis film dalam dua perkara saja, yakni film yang ditujukan untuk pendidikan dan kesehatan serta ditonton orang untuk pendidikan dan kesehatan. Aspek hiburan adalah aspek sampingan yang selalu dimasukkan untuk pendidikan, dan merupakan satu aspek penting dalam hal kesehatan (seperti menghilangkan kepenatan dan kejenuhan).

Film-film seperti film percintaan boleh ditonton untuk tujuan pendidikan, namun tidak boleh ditonton untuk tujuan percintaan. Film drama percintaan boleh juga ditonton di dalam ruang privat oleh laki-laki dan perempuan yang semahram, atau ditonton secara berkhalwat oleh laki-laki dan perempuan yang telah menikah (suami-istri tetaplah non-mahram). Bila film romansa ditonton di ruang privat oleh laki-laki dan perempuan yang non-mahram dalam kondisi khalwat (seperti sepasang kekasih), maka jelas-jelas diharamkan dari segi interaksi khalwatnya.

Faktanya

Tetapi sangat disayangkan, tidak selamanya yang terjadi di bioskop adalah seperti tuturan di atas. Ternyata, di bioskop, sebagian besar aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas interaksi antar manusia. Sebab, yang datang ke bioskop sebagian besar tidaklah sendiri-sendiri, tetapi berbondong-bondong, bahkan berdua-dua-an. Mereka pun tidak duduk tenang dan menonton. Tidak jarang mereka saling menyeletuk, berujar, dan beradu pendapat.Bahkan tidak jarang ada yang meraba tangan, berciuman, hingga (maaf) meraba dada dan petting. Inilah realitas yang ada.

Dalam kondisi ini, jelas-jelas menonton bioskop adalah haram. Dilema pun harus dihadapi oleh orang-orang lurus yang datang ke bioskop secara sendiri-sendiri atau bersama-sama keluarga, di mana mereka ‘terpaksa’ satu ruangan dengan orang-orang yang menonton bioskop untuk berikhtilat dan berkhalwat (untuk melakukan perbuatan nista).

Oleh karena alasan inilah, kemudian banyak orang yang mengharamkan aktivitas menonton bioskop (over-generalisasi). Saya sendiri masih belum tahu hukum yang lebih jelas mengenai hal ini, namun saya menghimbau untuk sebisa mungkin menghindari menonton bioskop (kecuali untuk film-film tertentu seperti Power Ranger (yang non-BF), dkk.). Banyak-banyaklah melakukan aktivitas lain yang lebih positif dan berpahala. Jikalau pun kita penat, masih banyak aktivitas pelepas kejenuhan yang berpahala, seperti olah raga, membaca Qur’an, mengikuti pengajian umum, menulis buku harian/blog, bertamasya-tadabbur (rihlah), atau malah bermesraan dengan suami/istri.

Konspirasi dan Kapitalisme

Muncullah di benak saya, bahwa sebenarnya kehadiran film-film percintaan, bahkan hingga sekaliber AAC, sebenarnya hanya bertujuan untuk mengambil untung saja. Niatan dari sineas untuk menyampaikan pesan (baik pesan yang benar atau malah pesan yang salah, menurut Islam) memang ada, namun seringkali pesan yang benar, tidak dapat dicerap seutuhnya oleh penikmat film. Terlebih setelah film tersebut kelar dan keluar, banyak slentingan negatif untuk menetralisir pesan positif tersebut. Bahkan jika bisa, pesannya diubah melalui konstruksi media massa lainnya.

Jika demikian, lantas apakah yang membuat para sineas tertarik untuk membuat film dengan setting percintaan? Jawab saya: Apalagi jika bukan karena realitas bioskop dan pasarnya yang pasti?!

Dalam piramida penduduk Indonesia, jumlah remaja Indonesia dengan usia 11-29 tahun sangatlah besar dibanding usia lainnya. Mereka adalah segmen penduduk Indonesia yang mencari jati diri, seringkali memiliki uang, jika tidak punya uang mereka akan mati-matian membanting tulang mencarinya. Sementara itu, uang tersebut cenderung dipergunakan untuk mencari kesenangan dan cinta.

Remaja Indonesia yang berpacaran dan mencari-curi cinta sangatlah banyak (naudzubillah min dzalik), dan mereka adalah pasar yang potensial untuk digarap. Muncullah bisnis-bisnis yang bertujuan untuk memfasilitasi aktivitas percintaan tersebut. Mulai dari bisnis coklat, boneka, asesoris, warung dan kafe, diskotik, bioskop, dll.

Saya masih ingat waktu dulu masih duduk di SMP dan SMA favorit sebuah kota kecil di Jawa Timur. Teman-teman yang pacaran selalu memiliki agenda tetap di hari sabtu (malam-minggu). Kencan dan Bioskop! Sebelum atau setelah dari bioskop mereka akan berdua-dua-an sambil makan malam. Yang belum pacaran pun kadang juga memiliki jadwal ke bioskop, yakni pada hari senin, hari berlakunya paket hemat

Kalaupun tidak ke bioskop, mereka yang pacaran selalu mencari tempat untuk bisa berkencan dan memadu kasih (yang ilegal itu). Yang belum pacaran pun mencari tempat-tempat yang melenakan untuk bersenang-senang (hedon), sembari ‘nyosor,’ “Siapa tahu dapat gebetan!” ujar mereka.

Saya kemudian teringat tante saya yang masih belum menikah. Maaf jika agak melenceng. Beberapa minggu lalu ia bercerita bahwa ia kelar nonton konsernya Skid Row di Ancol. Dia ada di barisan terdepan konser tersebut. Beberapa tayangan infotainment mengonfirmasi keberadaan tante saya di konser tersebut (maksudnya dia ikut kena shoot waktu konser Skid Row diberitakan).

Tante saya yang memang nge-fans dengan musik slow rock tidak merasa kehilangan, meski telah merogoh kocek 150.000 (belum bensinnya, makannya). Mengapa? Karena, stresnya hilang, penatnya hapus, jenuhnya musnah.

Saya hanya bisa tertawa di dalam hati. Menghilangkan stres kok sampai harus mengeluarkan uang ratusan ribu. Itupun untuk memberi uang kepada orang-orang yang melakukan maksiat. Padahal jika saja uang itu dibelikan makanan bergizi plus multivitamin, stressnya bisa hilang juga, sisa uangnya pun masih bisa disedekahkan kepada saya Tapi itulah dampak dari ketergantungan terhadap produk pelenaan kapitalisme. Bioskop juga demikian adanya.

Ini, bagi saya, jelas-jelas pemiskinan kantong negara, kantong orang tua, dan depresiasi mental remaja, pemuda, dan warga Indonesia secara sistematis.


Altar Selanjutnya...
Senin, 28 September 2009

CURHAT : Ramadhan Tanpa Dia dan Si Dia

Tanpa dia hidup ini terasa suram tak berwarna, hambar tak berasa. Tanpa dia alunan kumandang takbir, tahmid dan tahlil tersa ada yang kurang. Terasa berbeda memang, fase hidup 14 tahun bersamanya dengan 7 tahun tanpa dia.
Emat belas tahun bersamanya, selama itu pula hidangan idul fitri selalu penuh dengan variasi, mulai buras yang berbalut daun pisang, berlilitkan tali raffia, dan harus direbus berjam-jam diatas tunggku yang manyala-nyala sampai menu wajib orang Makassar yang berhasil membuat coto dan menyematkan nama daerahnya “Makassar”.

Namun tujuh tahun tanpa dia semuanya hanya menjadi kenangan. Dia yang tak lagi ada disisi, tak lagi menghidangkan untukku seikat buras atau semangkuk coto Makassar. Itu semua mustahil karena memang jarak antara aku dan dia begitu jauh, terpisah oleh bentangan darat dan hamparan laut. Namun dia telah menggantikan semua itu dengan selaksa doa yang selalu dia panjatkan untukku. Dan aku rasakan semua itu lebih nikmat daripada seikat buras terbaik yang pernah dia buat dan lebih sedap daripada coto Makassar terbaik yang pernah dia racik.
Ya Allah begitu besar asaku untuk bisa kembali bersama dia untuk merajut kebahagiaan Ramadhan dan bersama dia menuai kemenangan idul fitri. Semoga momen indah seperti itu akan menyingsing dif ajar kemenangan Ramadhan tahun depan. Ya Allah jika asa hamba dan kehendak-Mu tak sejalan, maka ijinkanlah aku dan dia bertemu di depan surge-Mu, dan biarkan ku genggam tangannya dan bersama beriringan masuk ke surge-Mu menelusuri permadani kemuliaan yang khusus diperuntukkan bagi pejuang dan ibunda sang pejuang.
Namun dia pun akan bahagia ketika melihat raga ini dirawat dan diperhatikan oleh si dia. Dia dan si dia ada dua sosok insan yang mampu menjadi motivator dan mampu menjadi inspirasi untuk perjalanan hidup ku (bahkan siapa saja yang membutuhkan inspirasi). Namun kehadiran si dia belum juga kunjung datang. Si dia pun sampai saat ini entah dimana rimbanya. Ia masih menjadi misteri hidup, yang mana hanya Ilahi Rabbi sang penguak semua tabir rahasia ini.
Jika si dia telah hadir, mungkin semuanya tak seperti ini, walaupun tanpa kehadiran dia. Ketika dia dan si dia tak ada maka kebahagiaan ramadhanku hanya ditemani denga deru kipas angin tua yang terus menggeleng-gelengkan lehernya menatapku heran, seraya sesekali menghardik diri ini yang tak sanggup terbang menuju dia dan tak berani mengungkapkan keinginan untuk memiliki si dia pada dia.
Namun teringat dengan kata-kata seorang bijak…jangan takut bermimpi, karena jika bermimpi saja sudah takut bagaimana mau mewujudkan mimpi itu…!!! Makanya perbanyaklah mimpi…mimpi yang realistis dan luar biasa. Salah satunya adalah membuatnya mampu bangga ketika mengetahui jika dikau adalah sang pejuang pemantik revolusi suci. Impian untuk membuat dia bangga ketika dia sadar bahwa dia telah melahirkan sesosok pejuang syariah dan khilafah, yang beberapa puluh tahun lalu masih terbaring imut, lucu, takberdaya, namun kini telah menjadi sosok pemuda tegar yang tak mau bermanis muka dengan semua sistem kufur, perjaka tegar yang tegas terhdap orang kafir dan begitu lembut kepada saudara seakidahnya.
Dan secerca asa penutup, ku ingin membuat dia tersenyum disaat si dia datang mencium tangan dia. Senyum dari sudut bibir dia yang penuh makna, dan terbesit satu dari ribuan makna itu bahwa ia bahagia karena telah mendapatkan pendamping yang seolah menjadi titisan diri dia disaat dia jauh dariku. Dan kelak aku, dia, dan si dia kan kembali bertemu di telaga kautsar, inysa Allah.


Altar Selanjutnya...

Banyak orang bilang bentangan waktu selama mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) adalah kurun waktu untuk menggadaikan idealism untuk mereka yang meyandang predikat sebagai seorang islam ideologis. Hipotesa ini muncul dari pengalam pribadi para pelaku KKN. Katanya banyak sekali momen-momen yang akan kita temui yang mana momen itu sangat bertentangan dengan idealisme kita. Dan disinilah idealism itu akan diuji, apakah kita layak untuk dikatakan sebagai sang penggenggam ideology ataukah justru kita secara terpaksa merenggangkan genggaman kita dan melepaskan idealisme yang telah kita genggam erat.

Jawabannya tergantung sekuat apa sang penggenggam ideology itu menggenggamnya. Dan sejauh mana dahsyatnya rayuan sehingga mampu membuatnya untuk berkompromi. Jawabannya sangat subjektif sekali.
Namun terlepas dari semua itu ajang KKN membawa sejuta kenangan dan inspirasi yang dapat dijadikan sebagai pengalaman sakaligus sebagai batu tumpuan untuk melanjutkan sisa-sisa kehidupan yang tak tahu tinggal berapa lama lagi.
Banyak sebenarnya fenomena-fenomena menakjubkan yang mampu untuk menjadi pelajaran bagi mereka yang mau sejenak untuk berpikir. Namun bagi mereka yang melaluinya tanpa terbesit sedikit pun keinginan untuk mencerap kemudian memikirkannya maka masa KKN hanya akan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas yang mampu untuk menjadi inspirasi.
Dari sekian banyak hamburan fenomena hidup selama KKN ada satu fenomena yang menarik untuk dicermati dan diceritakan lewat seuntai wacana ini. Ya…KKN melibatkan anak-anak muda yang berjiwa panas dan memiliki naluri yang semenara bergejolak. Aura perasaan tertarik terhadap lawan jenis lagi menuju klimaksnya. Perasaan ini sering mereka perhalus dengan kata “cinta”. Walaupun saya pribadi sangat tidak setuju jika pengumbaran naluri ketertarikan terhadap lawan jenis yang liar itu disbut cinta. Karena cinta adalah anugrah suci yang diturunkan oleh sang pemilik cinta dan agar kesuciannya tetap terjaga maka penyalurannya harus merujuk pada apa yang dititahkan oleh sang pemilik cinta sejati.

Banyak orang bilang tanpa cinta tak mungkin dua insan anak manusia mampu bersatu. Apalagi jika memiliki niat bersatu dan melebur dalam mahligai rumah tangga. Konon cinta menjadi salah satu syarat yang wajib ada sebulum ikrar suci diungkapkan di depan sang penghulu. Dari alasan inilah banyak generasi adam dan keturunan hawa yang menjadikannya sebagai sebuah alasan untuk memupuk dahulu cinta sebelum melanggeng menuju singgasana raja dan ratu sehari.
Nah masa untuk memupuk cinta ini agar bisa tumbuh subur ini disebut sebagai masa penjajagan atau lebih lazim disebut masa pacaran. Entah bagaimana sejarahnya sampai masa ini disebut sebagai masa pacaran. Jadi para penggiat cinta dengan kelemahan akalnya telah mencoba membuat sebuah manuskrip yang berisi alur perjalanan cinta. Yang mana jika ada seseorang yang berusaha untuk tidak melewati tahapan yang telah dibuat dalam manuskrip itu maka kebahagiaan akan jauh darinya.
Sebelum berlanjut untuk mengarungi bahtera rumah tangga, sepasang insan terlebih dahulu wajib melalui masa pacaran. Masa ini adalah tempat melakukan perkenalan dan penjajagan satu sama lain. Setelah merasa cocok barulah boleh melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi.
Namun semua logika ini terbantahkan ketika terjadi fenomena merebaknya perasaan cinta saat KKN berlangsung. Sebutlah di sebuah posko antah berantah, yang ternyata telah mampu mencetak tiga pasangan sekaligus. Entah sampai cerita ini dibuat apakah mereka masih langgeng atau sudah memutuskan mencari jalan masing-masing karena menyadari mereka sementara terlibat dalam suatu lakon sandiwara yang berjudul kamuflase cinta. Padahal mereka adalah sepasang anak manusia yang tak pernah berkenalan sebelumnnya.
Cinta memang menyimpan sejuta misteri. Ia akan muncul secara tiba-tiba kemudian membesar dalam waktu singkat dan kedatangannya tak perlu diundang. Makanya bukan hal yang ajaib jika ada orang yang berani mengarungi bahtera rumah tangga padahal sebelumnya belum pernah saling kenal, namun ternyata rumah tangganya pun dapat berlangsung langgeng semakin erat seiring berjalannya waktu. Namun diseberang sana ada pasangan yang telah lama memadu kasih dalam jejaring pacaran dan ternyata kesucian rumah tangga itu hanya mampu dijaga seumur jagung belaka.
Jadi sebenarnya nikah tak butuh cinta. Cinta bisa tumbuh saat akad nikah itu telah terucap. Cinta dapat tumbuh disaat sepasang insan sering bertemu, sering bersama, sering berbagi, seperti apa yang sering dilakukan oleh mahasiswa KKN sehingga sangat memungkinkan cinta itu tumbuh diantara mereka. Terlebih lagi cinta itu adalah hidayah Allah. Selama niat menikah itu didasari untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri serta dalam rangka menjalankan syariat Allah demi meraih ridha-Nya, maka dengan niat luhur seperti itu yakinlah Allah akan menong siapa saja yang memiliki niat luhur seperti itu. Dan salah satu bentuk pertolongan Allah yang paling mungkin adalah menumbuhkan rasa sayang di antara sepasang insan tadi. Dan Allah lah yang akan menjagga rajutan cinta yang telah mereka sulam berdua. Hal ini adalah perkara yang sangat mudah bagi Allah. Menumbuhkan cinta tidak lebih sulit daripada mengakhirkan kehidupan dunia. menjaga ketentraman rumah tangga tidak lebih sulit daripada menerbitkan matahari dari barat.
Untuk itu jangan terlalu percaya dan latah mengikuti manuskrip jejang cinta yang telah disusun oleh manusia yang sebenarnya adalah sosok yang paling tidak mengerti apa itu cinta. Jalani dan rajutlah cinta sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh sang pemilik cinta, karena hanya dengan itulah cinta akan menemukan bentuk sejatinya. Dan dengan pertolongannya rumah tanggamu akan menjadi titian yang membimbingmu menuju mahligai surge, insya Allah…



Altar Selanjutnya...

Selaksa asa menggelayut dihati ketika ku tapakkan kaki ini di tempat yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Tempat yang berhambur sinar mentari dan jalan berbatu. Seskali senyuman bukit-bukit kecil dan kicauan burung-burung aneh disepinya malam, sering hadir tanpa diundang. Tampaknya mereka semualah yang akan menjadi temanku selama dua purnama. Ehm…untaian waktu yang cukup panjang, namun harus dilalui untuk sebuah formalitas akademik.
Kegalauaan semakin membuncah ketika senandung panggilan Allah Tuhan seru sekalian alam, mencoba untuk kugubris namun tak berhasil. Terpaksa kening ini merapat tuk sujud di hadapan-Mu ditempat yang tak semestinya. Seharusnya kening ini bersujud di altar lantai rumah Allah bukan dilantai rumah kosong tak berpenghuni.

Jika kegalauaan sampai pada titik nadir, maka ia akan merangsang kaki ini tuk mencari dimana sebanarnya rumah Allah itu berada. Ternyata bukan cuma sanubari ini yang merasakan kegalauan itu, ada empat insan manusia yang juga merasakan dan mencoba menyibak tabir kegalauan hatinya.
Sepuluh terompah modern, diatas lima jasad berjalan menelusuri jalan berbatu, berkelok, dan sering diringi irama gonggongan anjing. Hati mulai bertanya, bibir mulai mengeluh. Sudah terlalu jauh kaki ini melangkah namun rumah Allah tak kunjung terlihat. Alhamdulillah rayuan malaikat masih lebih kuat dari pada rayuan setan yang penuh dengan tipu muslihat. Asa ini tak boleh putus, kecuali jasad telah meregang nyawa. Itu adalah prinsip dasar yang harus terpatri dalam setiap pejuang dan dengan bangga aku katakan kami adalah para pejuang.
Dari kejauhan kulihat sebuah kubah yang tak asing. Warnanya tak lagi perak namun telah berubah menjadi coklat tua pertanda korosi yang akut telah terjadi padanya. Dua kuseng pintu yang sudah tak kokoh lagi menyiratkan pesan bahwa usia masjid ini tidaklah muda.
Tak ada sajian pemandangan yang istimewa dari masjid ini. Biasa-biasa saja, itulah penghargaan tertinggi yang bisa ku berikan untuk masjid tak bernaman ini. Bahkan jika mau jujur, perasaan prihatinlah yang menggelayut dalam hati. Bayangkan saja jendela-jendala kaca yang seharusnya cemerlang bak cermin, dipenuhi dengan debu-debu beterbangan. Lantainya tak selicin yang ku bayangkan, butiran pasir kecil terasa menggelitik telapak kaki.
Ya masjid tua yang semakin rapuh. Aku lebih terkejut lagi ketika melihat shaf shalat yang kosong, hanya ada seorang disana yang duduk seolah menanti sesuatu yang tak pasti. Badannya sudah tak tegap lagi, kulitnya sudah tak kencang lagi. Rambut tipis beruban yang ditutupi kopiah putih lusuh membuatku dapat menebak telah berapa lama ia berdiri tegar di atas bumi ini.
Tak perlu ku uraikan panjang, namanya Haji Coppeng…sosok yang telah menjadi inspiratorku dan mungkin beberapa sahabatku yang lain. Di usianya yang semakin senja, ia masih mampu melangkahkan kakinya dan berusaha memakmurkan masjid. Entah apakah diri ini masih mampu memakmurkan masjid disaat rambut tak lagi hitam, saat mata mulai rabun. Namun sosok ini telah memberiku pelajaran, bahwa usia boleh tua namun semangat tak boleh pudar.
Entah berapa banyak pahala yang telah masuk dalam pundi-pundi amalnya. Bayangkan saja, merangkap tiga aktivitas dalam setiap waktu shalat. Sebagai seorang muadzin, mengumandangkan adzan pertanda waktu shalat telah masuk. Selang beberapa menit mengumandangkan iqomah. Dan menyempurnakannya dengan tampil sebagai imam sang pemimpin shalat. Ia tak tamak, Ia sebenarnya ingin berbagi, namun sayang tak ada tempat untuk berbagi karena hanya ia seorang sang pemakmur rumah Allah.
Pelajaran berharga, jangan pernah putus asa walaupun hanya seorang. Jika memang tak ada yang mau menemanimu dalam perjuangan nan indah ini, maka lanjutkan…Allah tidak buta dan pasti akan menurunkan pertolongannya. Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke tepian. Sekali kaki ini melangkah tak ada kata mundur sebelum Islam menang, kaum muslimin mulia atau aku gugur sebagai syuhada.
Engkau begitu jauh dari mereka golongan priayi karena memang engkau lebih layak masuk dalam komunitas kyai. Mereka sering bergumul dan bercerita tentang kemajuan desa yang mereka pimpin dengan sejuta prestasinya, namun mereka tak pernah memperhitungkanmu padahal boleh jadi hamparan sukun masih boleh menghijau karena Allah masih mendengar senandung azanmu, bisa jadi rumpun tebu yang engkau berikan kepada kami diakhir sua kita masih ingin tumbuh karena senandung doa mu…namun sedikit yang menyadari itu…

Haji Pattani….haji Coppeng…teruslah berjuang walau hanya seorang ditengah tumpuan kaki yang tak begitu kekar lagi…ditengah lentingan suara yang sudah mulai parauh…

(Tenri Pakkua 10 Juli – 24 Agustus 2009)



Altar Selanjutnya...
Sabtu, 04 Juli 2009

KAHAZANAH ISLAM 2 JULI 2009

Penemu Peta Pertama di Dunia

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad), ‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula) (Al-Kahfi:109).
Di surat Alkahfi tersebut jelas tertulis bahwa sains dan teknologi yang dikuasai oleh manusia bukanlah sesuatu yang besar sepertihalnya yang pernah diagung-agungkan manusia.


Hingga seberapa kuat dan pandainya manusia memikirkan apa yang diciptakan oleh Allah SWT, maka tetap dipenghujung urat syaraf ini akan ditemui sebuah jalan buntu. Cerita berikut ini tentu saja akan mengubah pola pandang pikiran Anda yang selama ini telah terdoktrin dengan ilmu-ilmu dan penemu dari Barat.

Sebuah pameran yang diadakan di Malaysia awal, membuka tabir bagaimana hebatnya para penemu Islam dalam mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan. Di dasari pemikiran bahwa tidak ada ilmu selain bersumber dari Allah dan hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh manusia ini, tersirat berbagai revolusi dan inovasi yang berhasil dibuat pada masa keemasan Islam.

Berbagai hasil karya berhasil dikoleksi dan ditemukan sedikitnya sebanyak 148 replika dihasilkan oleh para pemikir dan ilmuwan Islam. Replika tersebut antara lain berupa instrumen peralatan dan poster. Kesemuanya itui pada Januari lalu dipajang di Pusat Konvensyen Kuala Lumpur (KLCC), Malaysia. Ilmu-ilmu dan hasil karya ratusan abad silam ini hingga sekarang dijadikan sebagai dasar pengetahuan ilmu-ilmu baru.


Contoh nyata paling rumit, detail dan bagaimana pandainya para ilmuwan Islam masa lalu ini adalah seperti karya arsitektur yang terdapat pada ubin-ubin di masjid Timur Tengah. Hingga puluhan tahun diperhitungan baru pada tahun ini karya seni yang sudah ratusan tahun selalu dibuat dan tanpa kesalahan pengulangan tersebut berhasil dipecahkan oleh ilmuwan saat ini dengan hitungan matematis.
Dr. Fuat Sezgin yang juga Pengarah dan Pengasas Institut Sejarah Sains Arab-Islam, Universiti Johann Wolfgang, Goethe, Frankfurt, Jerman, mengatakan bahwa kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah kehebatan yang tidak ternilai. Pada abad kegemilangan Islam banyak orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang pengetahuan dari para pakar Islam. Tetapi setelah zaman kegelapan datang banyak pula hasil-hasil ilmuwan tersebut yang juga diselewengkan dan kemudian disebarluaskan dengan informasi yang salah secara meluas.
Ia memberi contoh seperti Al-Razi, adalah ilmuwan terkemuka yang menjadi penemu teknik jahit luka. Ilmuwan kelahiran Iran tersebut tidak sangat terkenal dibandingkan dengan Ibnu Sina yang sebenarnya adalah muridnya. Tokoh ilmuwan Islam ini yang sebenarnya bernama Muhammad bin Zakaria juga terkenal tidak tertandingi pada masanya ditahun 240 Hijriah/854 Masehi. Di dunia pengobatan ia sangat pandai meramu, mengenali dan menemukan obat. Al-Razi selain menjadi orang pertama yang membuat jahitan dengan benang terbuat dari serat juga dikenal sebagai orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan campak.

Peta Dunia Pertama oleh Kaum Muslimin
Jika Anda ditanya siapa penemu benua Amerika? Tentu jawaban yang terlintas adalah Columbus. Pria penjelajah dari Spanyol yang lahir di tahun 1451 dan memiliki nama lengkap Christopher Columbus ini oleh para siswa dan guru sangat dikenal sebagai pelaut dan pedagang yang pertama kali menemukan benua tersebut. Namun apakah itu benar? Ternyata tidak.
Catatan berbagai sejarah dan penemuan-penemuan yang berhasil dikumpulkan oleh para sejarahwan terungkap bahwa telah banyak orang-orang yang berprofesi sama dari Negeri Eropa juga pernah mengekspansi dagangannya ke benua tersebut. banyak sejahrawan pula yang berdebat bahwa para pedagang dari Negeri Chinalah yang pertama kali mendaratkan kakinya di benua Paman Sam tersebut pada abad ke-11.
Namun terlepas dari bukti-bukti dan perdebatan yang panjang, tahukah Anda bagimana mereka bisa berjalan-jalan dan menyeberangi lautan yang maha luas tersebut. Jawaban sederhananya tentu saja dengan berbekal peta dan penunjuk arah mereka bisa menyeberangi lautan. Dari perjalanan mereka tersebut maka tersingkaplah peta-peta yang terus berevolusi berdasarkan pengamatan para pelaut yang terus turun temurun. Dan untuk pertama kalinya peta dunia terlengkap dibuat pada tahun 1513.


Adalah karya seorang pelaut Piri Reis yang membuat para peneliti dan sejahrawan terkagum-kagum. Tidak hanya kagum dengan bagimana hasil pemetaan tersebut dapat digambarkan, akan tetapi para ahli satelit sendiri pun merasa terkejut dengan model pemetaan yang dibuat oleh tokoh Muslimin tersebut.
Bagimana tidak, peta yang dibuat diatas sepotong kulit rusa berukuran 90×65 centimeter tersebut benar-benar digambarkan lengkap dan cukup detail. Bahkan hasil perbandingan dengan pemotretan dari angkasa luar yang dilakukan menggunakan satelit saat ini memiliki bentuk yang sangat mirip.
Mulanya para sejahrawan tidak percaya akan bukti keberadaan peta tersebut. Di peta yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut Timur Tengah. Sementara kawasan lainnya seperti benua Afrika dan Amerika sama sekali tergambar sangat berbeda. Baru setelah gambar hasil pemotretan satelit jaman modern ini dipadukan dengan peta kuno karya muslimin bangsa Turki tersebut sangat nyata kebenarannya bahwa gambar yang ditorehkan dalam kulit tersebut memang sangat detail dan terperinci.

Penemuan kuno tersebut memberikan bukti bahwa memang ilmu kemajuan jaman dahulu sudah sangat maju dalam bidang astronomi. Entah bisa disangkal atau tidak akan tetapi bukti-bukti lain beserta keajaiban dunia yang ditinggalkan masa pemerintahan masa lalu menunjukkan bahwa ilmuwan pada masa itu menguasai ilmu pengetahuan dengan sangat baik dan bisa menyamai peralatan canggih yang dimiliki oleh manusia jaman modern saat ini.


Meski sejahrawan masa sekarang tidak mengetahui bagaimana Piri Reis bisa menggambarkan peta dunia tersebut dengan sangat akurat, namun Piri Reis mengungkapkan semasa hidupnya bahwa peta tersebut berhasil ia buat dari penyatuan beberapa peta yang dibuat oleh para pelancong dari berbagai negara. Ia menyebutkan menggunakan 34 sumber yang berbeda. Karya tersebut berasal dari jaman Alexander sebanyak 20 peta, 8 peta dari karya ahli geografi Muslim, 4 peta dari Portugis dan 1 peta dari Columbus.
Peta ini juga sangat penting dalam melakukan futuhat ke daerah2 yang terpencil. IM Allah telah mewajbkan kita untuk melakukan penyebaran Islam keseluruh dunia. dan hal ini tidak mungkin bisa dilakukan jika kita tidak memiliki peta gambaran permukaan bumi. Motivasi ruhiyah seperti inilah yang membuat kaum muslimin sangat lincah, lihai dan pintar membuat peta. Bukan karena motivasi dunia, tapi murni karena motivasi akhirat. Motivasi inlah yang menyebabkan sains Islam begitu berkembang.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Peradaban Islam di era kekhalifahan telah melahirkan sederet geografer andal. Pada abad ke- 10 M, dunia Islam memiliki se orang geografer ulung ber na ma bernama Mohammed Abul-Kas sem ibnu Hawqal. Sejarah peradaban Islam biasanya menyebutnya Ibnu Hawqal. Popu laritasnya sebagai seorang ahli geo gra fi se makin melambung setelah berhasil meluncurkan surat Al-ardh atau ‘peta bumi’. Adikarya Ibnu Hawqal itu ditulis pada tahun 977 M. Kitab berisi peta bumi yang ditulisnya seringkali disebut sebagai al- Masalik wa al-Mamalik. Selain, dikenal sebagai geografer fenomenal, Ensiklopedia Ukraina menyebut Ibnu Hawqal sebagai saudagar dan penjelajah kenamaan dari dunia Arab. ‘’Dalam buku perjalanannya, dia mengisahkan tiga jenis orang Rus dan menjelaskan tentang Kyiv,’‘ ungkap Ensiklopedia Ukraina.

Ilmuwan Muslim itu terlahir di Nisibis, sebuah kota di Provinsi Mardin, sebelah tenggara Turki pada 15 Mei 943 M. Ibnu Hawqal juga tercatat sebagai seorang sastrawan Arab terkemuka. Namun, sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk me ngembangkan geografi. Hampir 30 tahun sisa hidupnya digunakan untuk melakukan perjalanan dan petualangan mengelilingi sebagian besar dunia. Atas permintaan geografer Muslim ber na ma Al- Istakhri (951 M), Ibnu Hawqal pun melakukan penjelajahan hingga ke Spa nyol. Perjalanan itu dilakukannya un tuk memperbaiki peta-peta dan teks penjelasan geografinya. ‘’Ibnu Hawqal kemudian menulis ulang seluruh buku itu, lalu menerbitkannya kembali dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), ujar Philip Khuri Hitti dalam karyanya History of the Arabs.
Sayangnya, kisah hidup sang geogra fer tak banyak terungkap. Bahkan, kisah masa kecilnya nyaris tak pernah ada. Yang ter ung kap hanyalah kisah perja lan an yang mem buatnya dikenal sebagai geografer dan penjelajah ulung. Selama 30 tahun berpetualang menelusuri negara demi negera, mem buat Ibnu Hawqal sempat menginjak an kakinya di kawasan Asia dan Afrika yang terpencil sekalipun. Dalam salah satu penjelajahan, Ib nu Hawqal terbawa sampai ke dae rah yang berlokasi di 20 de ra jat selatan dari khatulistiwa sepanjang pantai Afrika Timur. Kemudi an Ibnu Haw qal menggambar kan nya dalam peta ser ta menuliskan secara rinci kelebihan dan bentuk negara tersebut. Me nurutnya, di wilayah itu terda pat orang-orang Yunani yang bekerja meng gunakan logika diban dingkan pengalaman.

Salah satu kehebatan Ibnu Hawqal adalah mampu menjelaskan sebuah wilayah secara akurat. Tak heran, jika peta yang diciptakannya telah berhasil memandu para wisatawan dan penjelajah. Surat Alardh yang diciptakannya mampu menjelaskan secara rinci wilayah Spanyol Muslim, Italia dan khususnya Sicilia, serta ‘’Tanah Romawi’‘ istilah yang digunakan dunia Muslim untuk menjelaskan kekaisaran Byzantium.

Lewat catatan perjalanannya, Ibnu Hawqal mengisahkan hasil pengamatannya yang menyebutkan tak kurang ada 360 bahasa yang digunakan masyarakat di Kaukasus bahasa Azeri dan Persia menjadi bahasa pergaulan masyarakat di wilayah itu. Ia juga memberikan gambaran mengenai Kiev, dan telah menyebutkan rute dari Volga Bulgars dan Khazars. Ia juga memaparkan tentang Sicilia wilayah otonom di Italia Selatan. Ibnu Hawqal sangat mengaggumi Palermo, ibukota Sicilia. Kota dengan 300 masjid, begitulah di menjuluki kota yang sempat dikuasai umat Islam itu. Secara menga gumkan, Ibnu Hawqal mampu menggambarkan suasana Palermo pada tahun 972 M.

Dalam catatan perjalanannya bertajuk, Al-Masalik wal Mamlik, Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah kota Muslim dengan jumlah masjid sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali lebih besar dari Palermo. Pada saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan kehebatan University of Balerm sebuah perguruan tinggi Islam terkemuka di kota Palermo, Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya, umat Muslim di era keemasan berhasil mengi bar kan bendera kejayaan dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi di wilayah otonomi Sicilia. Ibnu Hawqal juga termasuk dalam sederet ilmuwan terkemuka yang telah mengharumkan nama Islam di Bas rah, Irak. Kota yang dikenal sebagai penghasil kurma berkualitas tinggi itu di dirikan oleh umat Islam pada 636 M era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.

Sejak dahulu kala, Basrah sangat terkenal dengan saluran atau kanal airnya. Pada abad ke-10 M, jumlah kanal yang ada di kota itu mencapai 100 ribu. Sebanyak 20 ribu di antaranya bisa dilalui kapal. Nahr Ma’kil merupakan saluran utama yang menghubungkan Basrah ke Baghdad, jelas Ibnu Hawqal menggambarkan kota yang kerap dijuluki Venesia Timur Tengah itu. Ibnu Hawqal adalah seorang geografer Muslim yang unik. Peta yang dihasilkannya memiliki nilai artistik yang tinggi, dengan skema gambar yang unggul. Pada zaman itu, kompas sangat diperlukan untuk menentukan letak sebuah wilayah secara akurat. Peta yang dibuatnya begitu jelas. Ia menunjukkan perjalanannya melalui peta yang berisi petunjuk jalan dan kota-kota. Sayangnya, Ibnu Hawqal belum mencantumkan jarak antara satu kota dengan kota lainnya.
Peta yang dibuatnya kerap disebut sebagai Atlas Islam. Tak heran, jika peta yang diciptakan Ibnu Hawqal banyak di sadur orang dan dijadikan model lain Arab dan Persia. Ibnu Hawqal dalam risalahnya al-Masalik wa al-Mamalik, mengatakan, dalam perjalanan dari lembah Indus, Ibnu Hawqal bertemu dan Al- lstakhri. Saat itu Al-Istakhri memberikannya pelajaran penting. Dia (Istakhri) menunjukkan saya peta geografis dalam karyanya, dan saya diminta memberi komentar,’‘ ungkap Ibnu Hawqal. Keduanya lalu bersepakat, Ibnu Hawqal diminta untuk melengkapi karya al- Istakhri itu. Berkat sentuhannya, karya geografi yang dirintis Al-Istakhri itu menjadi lebih maju dan bagus. Ibnu Hawqal mengatakan, Saya telah menjelaskan semua mengenai bumi. Saya telah memberikan pandangan tentang provinsi-provinsi yang ada di wilayah dunia Islam.’‘ Ia menyadari satu hal yang kurang dari karyanya itu. ‘’Saya tidak melakukan pembagian iklim, untuk menghindari kebingungan.’‘
Menurut Ibnu Hawqal, dirinya telah mengilustrasikan setiap wilayah di peta. ‘’Saya telah menunjukkan posisi masingmasing, dibandingkan dengan negaranegara lain. Batas tanah, kota-kota, air sungai, danau dan kolam dengan permukaan yang berbeda-beda. Saya telah mengumpulkan semua yang pernah dibuat geografi baik untuk kepentingan raja atau orang, jelasnya. Semua itu membuktikan bahwa Ibnu Hawqal sebagai seorang geografer Muslim ulung di zamannya.


Surat Al-ardh Adikarya Sang Penjelajah

Surat Al-ardh merupakan wajah dunia yang digambarkan dalam sebuah peta oleh Ibnu Hawqal. Pa da tahun 1086 kitab ini ditemukan di Topkapi Sarayi Muzesi Kutup hanesi, Istanbul. Dalam buku itu Ibnu Hawqal justru lebih terbuka tentang diri nya sendiri. Berdasarkan isi kitab tersebut, kemungkinan besar Ibnu Hawqal juga merupakan seorang saudagar.
Hal itu didasarkan pada karyanya yang penuh dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Ibnu Hawqal juga memuji kebijakan agama Dinasti Fatimiyah, dan itu bisa diasumsikan bahwa dia merupakan seorang dai. Kitabnya itu juga dikenal sebagai al-Masalik wa al-Mamalik. Karya ini merupakan hasil revisi dari karya geografer Muslim,al-Istakhri. Perbedaan utama antara karya Ibnu Hawqal dan al-lstakhri ada pada pembahasan Byzantium sebagai bagian dari Islam. Pada bukunya itu, Ibnu Hawqal memposisikan Spanyol, Afrika Utara, dan Sicilia sebagai tiga bagian terpisah. Sedangkan karya Al-lstakhri mengomentari peta-peta, dan dia menyatakan bahwa rencana kami adalah untuk menjelaskan, dan untuk menggambarkan pada peta, berbagai laut, penyematan nama masing-masing, sehingga dapat dikenal di peta.
Al-Istakhri juga tertarik dengan komposisi peta, ia membandingkan karyanya dengan karya Ibnu Hawqal. Ibnu Hawqal menyatakan bahwa Allstakhri telah menyusun peta Sind, namun dia telah membuat beberapa kesalahan. Ia juga mengambil dari Fars, yang dia telah dilakukan sangat baik. Kitab ini terdapat tiga versi, pertama sekitar tahun 961 M yang didedikasikan kepada Hamdanid Sayf al-Dawlah (wafat 967 M), kedua berisi kritik dari Hamda nids dari sekitar satu dekade kemudian, dan versi terakhir yang definitif muncul sekitar 988 M. Ibnu Hawqal sendiri pada awalnya ingin memproduksi satu set peta.
Ibnu Hawqal memasukan tambahan teksnya pada daerah tertentu dipe ta nya, ia juga memasukkan bagian yang menggambarkan peta secara harfiah dan sederhana. Contoh peta Kirman di mulai dari penjelasan nama-nama dan legenda yang ditemukan pada peta Kir man. Karya Ibnu Hawqal seorang ilmu wan Arab merupakan karya yang khu sus, bahkan ia juga membuat risalah tentang peta geografisnya itu dalam era keemasan Islam. Walaupun isinya sama saja menjelaskan peta tersebut.



……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Bukti lain kegemilangan peradaban Islam dalam bidang perpetaan adalah metode penentuan titik dipermukaan bumi. Mungkin IM sangat kenal dengan metode koordinat kartesius.
Para ilmuwan Muslim di era keemasan peradaban Islam telah mengembangkan metode pemetaan. Dengan menguasai pemetaan, para astronom mampu menentukan posisi lintang dan bujur tempat-tempat di permukaan bumi. Hasilnya bisa digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya untuk menghitung hasil pengamatan posisi benda-benda yang ada di langit.
Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History mengungkapkan, para astronom Muslim memiliki beberapa cara untuk menemukan koordinat suatu benda di langit. Salah satunya dengan menentukan garis meridian, yakni garis yang melintang dari arah selatan suatu tempat kemudian ditarik hingga ke kutub utara langit dan titik zenith.
''Untuk menentukan arah meridian, cara paling sederhana yang digunakan para astronom saat itu adalah dengan mengukur lintang bintang circumpolar, yakni bintang yang cukup dekat dengan kutub langit sehingga selalu muncul horison,'' ungkap al-Hassan dan Hill. Pada saat yang sama, diukur pula sudut horisontalnya terhadap sebuah titik pada garis horison.

Menurut al-Hassan, pengukuran itu dilakukan dua kali, ketika bintang berada di timur pengamatan dan ketika berada di sebelah barat. Menurut al-Hassan dan Hill, garis meridian diperoleh dengan membagi dua sudut horisontal. Selanjutnya penentuan bujur dapat dilakukan dengn mudah, yakni dengan mengamati tinggi matahari dan bintang ketika melewati meridian.

Selain itu, para astronom Muslim juga sudah mampu menentukan garis lintang. Sayangnya, kata al-Hassan, metode yang digunakan untuk menentukan lintang itu tak seakurat metode penentuan garis bujur. Guna menentukan lintang yang sangat akurat, papat dia, dibutuhkan alat ukur waktu yang andal bernama Kronometer. "Kronometer yang demikian baru ada setelah pertengahan abad ke-18 M, sehingga para astronom Muslim harus menggunakan metode pengukuran lain yang tentu saja tidak bergantung pada keakuratan pengukuran waktu," ungkap al-Hassan dan Hill.

Untuk menentukan lintang, para astronom Muslim di era kekhalifahan mengembangkan dua teknik. Pertama, mereka melakukan pengamatan gerhana bulan dari dua tempat berbeda dengan objek pengamatan atau peristiwa yang sama. "Misalnya ketika bulan bergerak menuju bayangan Bumi dan kemudian membandingkan hasilnya," tutur al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, perbedaan waktu kejadian dari suatu peristiwa serupa di kedua tempat itu merupakan besar perbedaan lintangnya. Sedangkan pada metode kedua, para astronom mengukur jarak ke arah timur-barat suatu tempat dari tempat lain yang diketahui (atau diasumsikan) lintangnya.

Setelah lintang dan bujur dua tempat diketahui, maka dapat ditentukan arah satu tempat ke tempat lain. Dan besaran yang dihasilkan adalah azimuthnya, yakn besar sudut jurusan yang diukur dari arah utara ke rah timur (searah jarum jam) hingga garis arah kedua titik. "Salah satu aplikasi perhitungan ini, yaitu penentuan arah Makkah dari tempat tertentu (kiblat)," kata al-Hassan dan Hill.

Penentuan arah Makkah atau kiblat ini merupakan sesuatu yang penting bagi ilmuwan Muslim era kekhalifahan. Para ilmuwan Muslim akhirnya bisa memecahkan penentuan arah kiblat pada abad ke-3 H/9 M sampai ke-8 H/14 M. Ini membuktikan kecanggihan trigonometri yang digunakan para astronom Muslim serta kecanggihan teknik perhitungan yang telah mereka capai.

"Karena azimuth suatu tempat bersifat relatif terhadap tempat lain dapat ditentukan, secara teoritis akan mungkin untuk membuat jalan atau kanal lurus antara dua kota," jelas al-Hassan dan Hill. Namun, imbuh al-Hassan dan Hill, dalam praktiknya, hal itu tidak dapat direalisasikan. Pasalnya, rute-rute ditentukan keadaan daerah dan masalah pemilikan lahan. Sementara kanal-kanal itu harus sedekat mungkin dengan daerah pertanian yang akan dialirinya. "Oleh karena itu, rute-rute ditentukan dengan mengingat pertimbangan-pertimbangan praktis ini," kata al-Hassan dan Hill.

Sebelum penggalian kanal, selain menentukan rute, perlu juga diperhitungkan pendataran tanah sepanjang rute tersebut dari awal hingga akhir. Proses pendataran tanah itu membutuhkan garis pandang horisontal yang pada instrumen modern diperoleh dari benang silang dalam teropong dan sifat datar."Para surveyor Muslim menggunakan beberapa instrumen yang didasarkan pada prinsip yang sama, meski tak satupun yang mempunyai teleskop, mereka memakai penglihatan langsung," ungkap al-Hassan dan Hill.

Menurut al-Hassan dan Hill, salah satu instrumen yang yang digunakan adalah segitiga logam dengan pengait logam dipatrikan di kedua ujung salah satu sisinya. Unting-unting dengan pemberat seperti bandul di ujungnya dipasang pada tengah-tengah sisi tadi. Dua rambu tegak yang dibagi-bagi dalam graduasi 12 sentimeter dan kemudian dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil ditegakkan oleh asisten pemegang rambu dalam jarak tujuh meter.

''Seutas kawat direntangkan antara kedua bambu dan segitiga logam tadi digantungkan dengan kedua pengaitnya di tengah-tengah kawat ini. Salah satu ujung kawat digerakkan ke atas dan ke bawah rambu sampai tali unting-unting tepat menunjukkan sudut bahaw segi tiga,'' papar al-Hassan.

Metode yang sama juga digunakan pada kayu sepanjang setengah meter dengan lubang mendatar. Pada proses ini juga digunakan bandul logam yang diikatkan pada tengah kayu. Bandul ini berfungsi sebagi garis unting-unting. Kemudian kayu tersebut diletakkan di atas kawat, selanjutnya pendataran dilakukan seperti cara yang telah disebutkan tadi.

Metode ketiga yang digunakan para ilmuwan Muslim untuk menetukan sifat datar adalah dengan menggunakan bambu lurus panjang yang salah satu sisinya dilubangi. Bambu tersebut dipegang kedua rambu tegak di masing-masing ujungnya. Dan seorangasisten menuangkan air ke dalam bambu melalui lubang tadi. "Bambu dianggap horizontal jika air yang keluar dari kedua ujungnya sama banyak," kata al-Hassan an Hill.

Para ilmuwan juga mencatat beda ketinggian, dan pemegang rambu pindah ke titik selanjutnya dalam lintasan rute. Kemudian prosedur yang sama dilakukan kembali. Al-Hassan menambahkan, "Jika rute sudah selesai dipetakan, total (jumlah aljabar) 'naik' dan 'turun' dari semua titik pangkalan menunjukkan perbedaan tinggi titik awal dan titik akhir.

Menurut al-Hassan dan Hill, cara yang sama juga digunakan untuk memperoleh kemiringan yang tepat pada penggalian kanal. Sedangkan untuk memperoleh tinggi dan sudut objek-objek yang jauh, para surveyor Muslim menggunakan astrolab. Di bagian belakang instrumen, pada setengah lingkaran bawahm terdapat sebuah siku-sku atau kadang-kadang sepasang siku-siku dengan ukuran sama.

Jika astrob digantung secara bebas, alidad atau garis pembidik diatur sedemikian rupa sehingga objek jauh yang perlu diketahui tingginya dapat terlihat melalui pembidik. Demikianlah metode pemetaan yang diterapkan para ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam. she


Penentuan Arah Kiblat

Ada beragam metode untuk menentukan arah kiblat. Guna mencari arah kiblat, diperlukan perhitungan yang cermat dan sedetil mungkin, sehingga diperlukan data yang valid untuk dijadikan bahan hitungan. Beberapa data yang diperlukan itu antara lain; arah utara selatan dan timur barat.

Untuk menentukan titik utara selatan terdapat beberapa cara, yaitu dengan menggunakan theodolit, tongkatistiwa (sundilan), teropong, kompas. Di antara cara-cara tersebut di atas, yang paling mudah, murah, dan memperoleh hasil yang teliti adalah dengan mempergunakan tongkat istiwa.

Caranya, tancapkan sebuat tongkat lurus pada sebuah pelataran datar yang berwarna putih cerah. Panjang tongkat sekitar 30 cm dan berdiameter satu cm. Ukurlah dengan lot dan waterpass sehingga pelataran betul-betul datar dan tongkat betul-betul tegak lurus terhadap pelataran. Lalu, lukislah sebuah lingkaran berjari-jari sekitar 20 cm yang berpusat pada pangkal tongkat tadi.

Kemudian, amati dengan teliti bayang-bayang tongkat beberapa jam sebelum tengah hari sampai sesudahnya. Semula, tongkat akan mempunyai bayang-bayang panjang menunjuk ke arah Barat. Semakin siang, bayang-bayang semakin pendek, lalu berubah arah sejak tengah hari. Kemudian semakin lama bayang-bayang akan semakin panjang lagi menunjuk ke arahTimur. Dalam perjalanan seperti itu, ujung bayang-bayang tongkat akan menyentuh lingkaran sebanyak dua kali pada dua tempat, yaitu sebelum tengah hari dan sesudahnya.

Selanjutnya kedua sentuhan itu kita beri tanda dan hubungkan antara keduanya dengan garis lurus. Garis ini merupakan arah Barat-Timur secara tepat. Lalu lukislah garis tegak lurus pada garis Barat-Timur tersebut, maka akan memperoleh garis Utara-Selatan yang persis menunjuk titik Utara sejati. she/ berbagai sumber

Altar Selanjutnya...

Kembali kita dibuat harus mengurut dada seraya memohon ampun kepada Sang Pencipta, ketika melihat berbagai cobaan datang menerpa bangsa ini silih berganti, tiada henti. Bayangkan saja dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan terakhir telah terjadi tiga kecelakaan pesawat milik TNI AU. Kurang lebih sebulan yang lalu,

tepatnya 6 April 2009 pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di bandara Husain Sastranegara Bandung dan menewaskan 24 orang yang sebagian besarnya adalah perwira dan prajurit berbakat yang dipersiapkan menjadi perajurit pilihan angkatan udara.
Selang beberapa minggu kemudian, pada tanggal 11 Mei 2009 kembali alutsista (peralatan utama tempur) pesawat Hercules 130 B TNI AU mengalami insiden di landasan pacu Bandar udara Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya. Insiden yang diwarnai dengan patahnya roda pendarat pesawat. Walaupun tak ada korban jiwa, namun kejadian itu semakin membuncahkan keraguan terhadap kualitas peralatan tempur yang dimiliki bangsa ini.
Keraguan dan keprihatinan itu mencapai klimaksnya disaat kita menyaksikan satu musibah dahsyat yaitu jatuhnya pesawat Hercules C-130 yang jatuh di daerah persawahan Magetan. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 20 Mei 2009 tersebut menewaskan sedikitnya 102 orang warga sipil dan militer.
Ironis memang, ditanggal 20 Mei yang bertepatan dengan hari kebangkitan nasional disaat bangsa ini harus membuktikan kebangkitannya sebagai bagsa yang mandiri terutama dibidang militer, namun sayang jauh panggang dari api, hari kebangkitan nasional berubah menjadi hari “berkabung nasional”. Dihari kebangkitan itu, bangsa ini harus kembali kehilangan prajurit-prajurit terbaiknya.
Pro-kontra mengenai penyebab kecelakaan ini kembali bermunculan. Seperti pada kecelakaan sebelumnya, kesimpulan dari hasil analisis sementara berkutat pada keadaan cuaca, pesawat yang tidak layak terbang atau faktor kesalahan pilot (human eror).
Menurut informasi media saat terjadi kecelakaan, cuaca dalam keadaan cerah. Kalaupun cuaca yang selalu dijadikan alasan dalam beberapa insiden kecelakaan pesawat, factor udara tentunya bisa saja dihindari jika pesawat yang digunakan adalah pesawat dengan teknologi canggih dan usia yang lebih muda. Begitu pun dengan human eror, keterampilan seorang pilot jelas bisa ditingkatkan dengan berbagai pelatihan yang bisa mengasah keterampilannya. Namun semua ini jelas membutuhkan bujet anggaran yang tidak sedikit. Dan ini adalah keniscayaan, disaat negara menginginkan pertahanan dan keamanannya kuat, maka mengalokasikan dana yang cukup untuk peralatan militer adalah sebuah konsekuensi logis.
Belum cukup sebulan kembali helicopter jenis balcow BO 105 milik TNI kembali mengalami nasib naas di Bukit Cihanjawar, Kabupaten Cianjur.
Sudah menjadi rahasia umum jika yang menghuni hanggar-hanggar TNI AU adalah mesin perang tua. Sebagai contoh, Hercules yang jatuh di Megetan telah berumur 29 tahun. Usia yang sudah relative tua untuk “sang burung besi” mengudara mengemban tugas-tugas berat kenegaraan. Memang penyebab kecelakaan pesawat Hercules di Magetan belum diketahui secara pasti. Namun pemerintah tidak bisa mengingkari kenyataan tentang minim dan tidak masuk akalnya anggaran pertahanan keamanan di negeri ini. Untuk tahun 2009 Departemen Pertahanan dan Keamanan mengajukan anggaran kebutuhan minimal pertahanan adalah Rp 127 triliun, namun ternyata pemerintah hanya memenuhi Rp. 33,6 triliun atau hanya sekitar 26% saja. Dari alokasi dana tersebut, Rp. 27 triliun dipergunakan untuk gaji dan biaya operasional kantor. Sehingga alokasi perawatan dan peremajaan alutsista sangatlah minim.
Fakta ini semakin memperkuat analisis bahwa salah satu factor utama penyebab rendahnya kualitas peralatan militer Indonesia adalah pendanaan yang minim. Maka jangan heran jika ditenggarai pesawat Hercules yang seharusnya digunakan untuk misi-misi militer dan kenegaraan ternyata di komersialisasikan. Dari 102 orang korban jiwa, ternyata banyak diantara meraka adalah anak-anak dan warga sipil. Padahal pada saat itu, misi Hercules naas tersebut bukanlah misi evakuasi anak-anak dan warga sipil. Apakan ini adalah bukti yang semakin jelas jika TNI AU kekurangan dana sehingga harus membawa penumpang?
Memberikan porsi dana yang sedikit kepada militer adalah upaya nyata untuk memperlemah bangsa Indonesia. Posisi militer yang lemah akan mempermudah negara imperialis untuk memecah belah bangsa ini.
Untuk membangun militer yang tangguh dan berwibawa tentu dibutuhkan perlengkapan dan persenjataan yang canggih. Dalam perspektif Islam, Allah SWT secara tegas menyeru kepada umat Islam untuk mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin. Atau paling tidak memiliki kekuatan yang seimbang dengan musuh, sehingga musuh akan semakin gentar. Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari Iran dan Pakistan yang telah mampu mengembangkan teknologi nuklir, sehingga membuat negara sekaliber Amerika Serikat, terpaksa menginterfensi agar proyek nuklir di Iran dan Pakistan tidak dilanjutkan.
Selain itu dalam perspektif Islam tugas militer adalah menjaga keutuhan negara dan proaktif dalam melakukan futuhat (pembebasan) bukan dalam rangka menjajah namun untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dalam usaha penyebaran Islam ini, besar kemungkinan kaum muslimin akan medapatkan halang fisik. Jika dakwah Islam dihalangi dengan halangan fisik dalam bentuk kekuatan militer, maka untuk menghadapinya kaum muslimin pun harus menyiapkan kekuatan militer, dalam rangka menghilangkan halangan fisik tersebut. Disinilah terlihat relevansi yang sangat erat antara kehandalan militer dan tersebarnya dakwah Islam.
Sejarah telah mencatat bagaimana negara Islam masa lalu mempertahankan kedaulatan negerinya dan menyebarkan Islam dengan ditopang oleh kekuatan militer yang tangguh. Pasukan Muhammad al-Fatih yang dikenal dengan nama “royal janissaries” (inkisaria) yang terdiri dari 40.000 orang pasukan terlatih berhasil merebut kota Konstantinopel. Beliau berhasil melahirkan pasukan militer yang tangguh karena mengadopsi program pelatihan perajurit sejak kecil. Selain dilatih dengan fisik, strategi perang, mereka juga diberikan ilmu fiqh dan ilmu keislaman lainnya.
Tidak Cuma itu Sholahuddin al-Ayubi adalah panglima militer yang sangat brilliant, memimpin pasukannya membebaskan tanah Quds (Palestina) dari tangan penjajah.
Selain peralatan tempur yang handal dan taktik militer yang jitu, ada satu kunci keberhasilan dan ketangguhan militer Islam, yang mungkin tidak dimiliki oleh sistem pertahanan dan militer lain. Inilah yang menjadi rahasia utama keberhasilan prajurit-prajurit Islam dulu. Rahasianya ada pada factor motivasi (al-Quwah). Dalam sistem militer Islam, motivasi yang dibangun adalah motivasi yang paling tinggi. Bukan sekedar motivasi materi atau motivasi untuk meraih gelar pahlawan. Namun motivasi yang paling tinggi itu adalah motivasi ruhiyah. Motivasi yang lahir dari dorongan akidah Islam yang menjelma dalam bentuk kesadaran bahwa apa yang dilakukan adalah bukti kecintaan kepada Allah SWT.
Motivasi ruhiyah yang lahir dari akidah Islam inilah yang membuat tentara-tentara Islam dimasa lalu disegani kawan dan ditakuti lawan. Adanya dorongan untuk melakukan jihad fisabillah sebagai aktivitas yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah, menghantarkan para tentara Islam siap maju dimedan perang dan tak memiliki rasa takut sedikit pun terhadap kematian. Justru kematian (syahid) itulah yang mereka nantikan, namun jelas dengan taktik yang jitu dan peralatan tempur yang canggih.
Perwira dan prajurit militer seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia bahkan dunia saat ini. Pemimpin negeri ini seharusnya belajar pada Muhammad al-Fatih yang mampu mewujudkan suatu pembinaan sejak dini terhadap orang-orang yang akan disiapkan untuk menjadi pasukan tempur nantinya. Dan tentu saja sejak dini sudah menumbuhkan motivasi ruhiyah dalam diri para perajurit.
Selanjutnya negara wajib memfasilitasi tentara militernya dengan alutsista berteknologi canggih. Karena militer yang tangguh tak akan mungkin muncul dari peralatan-peralatan perang yang telah usang.

DIMUAT DI HARIAN TRIBUN TIMUR MAKASSAR



Penulis : Adi Wijaya
Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK)
Daerah Makassar
CP : 085255464904


Altar Selanjutnya...
Kamis, 25 Juni 2009

KAHAZANAH ISLAM 25 JUNI 2009

IM, mungkin untuk saat ini kita harus tertunduk malu jika harus membandingkan teknologi kita negeri muslim dengan teknologi negeri barat. Begitu pula jika harus membandingkan keadaan kota-kota kita dengan kota-kota milik negara barat yang sebagian penduduknya beragama non muslim. Rasanya ada yang salah jika harus membandingkan keadaan negara kita sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan kondisi kota-kota di Jepang misalnya

Tak bisa dipungkiri dan kita harus jujur mengakui bahwa keadaan negeri-negeri muslim dalam bidang teknologi sangat jauh tertinggal. Salah satu contoh adalah kondisi jalan-jalan yang ada di negeri kita. Banyak sekali jalan-jalan yang berlubang dan ironisnya jalan-jalan yang berlubang ini sudah banyak yang memakan korban. Apakah Islam tidak memberi tuntunan kepada kita bagaimana menata kota dinegeri-negeri muslim agar terlihat indah dan rapi? Islam adalah agama yang sempurna mengatur seluruh aspek kehidupan, termasuk didalamnya tuntunan untuk mengatur kota dan tempat tinggal kita agar terlihat rapi dan nyaman.
IM, ketika saya berjalan-jalan dan melihat begitu banyaknya jalan berlubang, saya langsung berpikir, bagaimana seandainya khalifah Umar bin Khathab masih hidup sampai saat ini dan menyaksikan banyak sekali jalan-jalan yang berlubang, apalagi sampai meminta korban jiwa.
IM, tentu masih ingat dengan kisah umar bin khathab yang pernah suatu malam menelusuri jalan-jalan yang ada di negeri Islam pada saat itu. Ia sangat takut jika ada jalan yang berlubang dan menyebabkan unta terperosok ke lubang jalan tersebut. Ia sangat takut dimintai pertanggung jawaban oleh Allah ketika ada unta yang terperosok ke dalam jalan berlubang yang ada dalam wilayah kekuasannya.
Subhanallah, suatu cerminan pemimpin Islam sejati. IM bayangkan Umar bin khatab begitu takut jika ada unta yang jatuh. Ini baru unta bagaimana jika lubang itu jalan itu sampai meminta korban nyawa? Sangat berbeda dengan kondisi saat ini.
IM tidak rindukah anda untuk memiliki pemimpin layaknya umar bin khatab? Namun sosok seperti umar bin khatahab hanya akan lahir jika yang diterapkan adalah sistem pemerintahannya adalah sistem Islam. Kalau sistem pemerintahannya bukan sistem Islam maka rasa-rasanya sulit untuk melahirkan pemimpin sekliber umar bin khathab.
Namun IM tahukah anda, kondisi yang rusak seperti ini baru-baru saja terjadi disaat umat Islam mulai meninggalkan agamnya dan tidak lagi berislam secara kaffah (menyeluruh). Ketika umat Islam masih hidup dalam satu negara yang mempersatukan meraka, yang terbentang mulai dari afrika sampai asia, ternyata kondisi umat Islam jauh berbeda dengan kondisi yang ada sekarang.
Ibarat langit dan bumi. Begitulah para sejarawan kerap menggambarkan perbedaan antara kota-kota di dunia Islam dengan Eropa di era kekhalifahan. London dan Paris yang kini merupakan kota metropolis dunia pada masa kejayaan Islam hanyalah kota kumuh dengan jalanan becek yang penuh lumpur ketika hujan. Kondisi itu sungguh berbeda dengan Baghdad dan Cordoba dua metropolitan dunia yang berkembang sangat pesat di zaman kejayaan Islam.
IM, seperti itulah gambaran kondisi dunia eropa dengan dunia Islam saat masa kekhilafahan masih tegak. Namun sayang fakta-fakta seperti ini jarang sekali dibuka dihadapan kaum muslimin. Seolah-olah umat Islam adalah umat yang selalu tertinggal dalam bidang teknologi dan tidak memiliki sumbangan dalam kemajuan sains. Padahal banyak sekali penemuan-penemuan teknologi dunia yang berasal dari ilmuan muslim.
Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang termasyhur, History of Arab, melukiskan jalan-jalan di kedua metropolis Islam itu begitu licin berlapiskan aspal. Seni membuat jalan sungguh telah berkembang pesat di tanah-tanah Islam, ungkap Hitti. Menurutnya, bermil-mil jalan di Kota Cordoba pusat kekhalifahan Islam di Spanyolbegitu mulus dilapisi dengan aspal.
Tak cuma itu, pada malam hari, jalanjalan di Cordoba pun telah diterangi dengan lampu. Di malam hari, orangorang bisa berjalan dengan aman, imbuh Hitti. Sedangkan di London dan Paris, orang yang berjalan di waktu hujan pasti akan terperosok dalam lumpur,’‘ cetusnya. Orientalis dan arkeolog terkemuka Barat, Stanley Lane- Poole, juga sangat mengagumi kehebatan pembangunan jalan di Cordoba.
IM, anda bisa membayangkan bagaimana kondisi jeleknya kondisi jalan di eropa pada saat itu. Jangan coba-coba berjalan di malam hari, karena kita aka terpleset dan terperosok ke dalam lumpur. Sementara di negeri Islam kita bisa berjalan dengan nyaman dan aman. Kenyamanan bisa kita rasakan karena jalan-jalan yang halus dan dilapisi aspal. Keamanan sangat terasa karena memang pemerintahan Islam pada saat itu memiliki perangkat keamanan yang begitu tangguh dan rapi. Tentara-tentara yang ada begitu ikhlas dan tak kenal pantang mundur untuk menjaga kemananan dan kehormatan warga negara Islam baik muslim maupun non muslim. Selain itu hukum Islam betul-betul ditegakkan sehingga membuat orang yang berniat mencuri akan berpikir seribu kali dan akhirnya mengurungkan niatnya untuk mencuri.
Anda dapat menelusuri jalan-jalan di Cordoba pada malam hari dan selalu ada lampu yang akan memandu perjalanan Anda, papar Lane-Poole. Sebuah inovasi dan pencapaian begitu tinggi yang belum terpikirkan peradaban Barat ketika itu. Masyarakat Barat baru mengenal pembangunan jalan berlapis aspal sekitar tujuh abad setelah peradab an Islam di Spanyol menerapkannya.
IM pengakuan mengenai masa keemasan Islam ternyata kebanyakan berasal dari ilmuan non muslim. Disinilah juga salah satu kelemahan umat Islam yang tidak pernah menggali masa keemasannya sendiri. Namun yang namanya kegemilangan peradaban Islam, bagaimanapun disembunyikan akhirnya terungkap juga.
Dr Kasem Ajram (1992) dalam bukunya, The Miracle of Islam Science, 2nd Edition juga memaparkan pesatnya pembangunan infrastruktur transportasi, jalan yang dilakukan di zaman kekhalifahan Islam. Yang paling canggih adalah jalan-jalan di Kota Baghdad, Irak. Jalannya sudah dilapisi aspal pada abad ke-8 M, seperti itulah pengakuan Dr Kasem Ajram. Yang paling mengagumkan, pembangunan jalan beraspal di kota itu telah dimulai ketika Khalifah Al-Mansur mendirikannya pada 762 M.
Menurut catatan sejarah transportasi dunia, negara-negara di Eropa baru mulai membangun jalan pada abad ke-18 M. Insinyur pertama Barat pertama yang membangun jalan adalah Jhon Metcalfe. Pada 1717, dia membangun jalan di Yorkshire, Inggris, sepanjang 180 mil. Ia membangun jalan dengan dilapisi batu dan belum menggunakan aspal.
Kali pertama peradaban Barat mengenal jalan aspal adalah pada 1824 M. Sejarah Barat mencatat, pada tahun itu aspal mulai melapisi jalan Champs-Elysees di Paris, Prancis. Sedangkan, jalan beraspal modern di Amerika baru dibangun pada 1872. Adalah Edward deSmedt, imigran asal Belgia, lulusan Columbia University di New York yang membangun jalan beraspal pertama di Battery Park dan Fifth Avenue, New York City, serta Pennsylvania Avenue.
Bayangkan IM…negara adidaya seperti AS baru dapat membuat jalan beraspal pada tahun 1872 sementarakaum muslimin membuatnya 1000 tahun sebelumnya yaitu pada abad 8 M. Ini sebagai indikasi kuat bahwa dahulu kita umat Islam pernah menjadi negara super power dunia, dan bukan sebagai umat yang tertindas seperti saat ini.
Ajram mengungkapkan pesatnya pembangunan jalan-jalan beraspal di era kejayaan islam tak lepas dari penguasaan peradaban Islam terhadap teknologi aspal. Sejak abad ke-8 M, peradaban Muslim telah mampu mengolah dan mengelola aspal.Aspal merupakan turunan dari minyak yang dihasilkan melalui proses kimia bernama distilasi destruktif.
IM…jadi sebenarnya aspal ini adalah produk sekunder atau produk turunan dari tambang minyak.
Zayn Bilkadi, seoarang ahli kimia dalam tulisannya, Bitumen A History, memaparkan, pertama kali aspal dikenal oleh bangsa Sumeria. Peradaban ini menyebutnya sebagai esir. Orang Akkadia mengenal aspal dengan nama iddu. Sedangkan, orang Arab menyebutnya sayali, zift, atau qar. Sedangkan, masyarakat Barat mengenalnya dengan nama ‘bitumen’ atau ‘asphalt’.
Inilah produk minyak pertama yang pernah digunakan manusia, papar Bilkadi. Aspal, kata dia, sempat dikuasai oleh orang-orang Mesopotamia. Sejak dulu, aspal menjadi primadona. Aspal pernah digunakan peradaban Babilonia untuk membuat gunung buatan yng dikenal sebagai Menara Babel.
Masyarakat Mesir Kuno menggunakan aspal untuk merawat mumi. Peradaban Islam yang mewarisi teknologi pengolahan aspal, sempat menggunakannya untuk menyembuhkan penyakit kulit dan lu ka-luka. Hingga akhirnya, peradaban Islam mengenalkan aspal untuk melapisi jalan.
Orang Babilonia sudah mulai menguasai pengolahan aspal secara kuno. Namun, secara modern pengolahan aspal pertama kali ditemukan para ilmuwan Islam. Beberapa ilmuwan yang mengembangkan teknologi pengolahan aspal adalah ‘Ali ibnu al-‘Abbas al-Majusi pada 950 M. Ia sudah mampu mengha silkan minyak dari endapan aspal yang hitam.
Caranya, papar Al-Majusi, endapan aspal itu dipanaskan sampai mendidih di atas ketel. Lalu, untuk mendapatkan cairan minyak, ia memeras endapan aspal itu sampai mengeluarkan minyak. Selain itu, saintis dari Mesir Muslim lainnya, Al-Mas’udi, juga mengembangkan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak.
Al-Mas’udi menguasai teknologi pengolahan aspal menjadi minyak melalui proses yang mirip dengan teknik pemecahan modern (cracking techniques). Dia menggunakan dua kendi berlapis yang dipisahkan oleh kasa atau ayakan. Kendi bagian atas diisi dengan aspal lalu dipanaskan dengan api. Hasilnya, cairan minyak menetes ke kasa dan ditampung di dasar kendi.
Metode pengolahan minyak dari aspal lainnya yang ditemukan insinyur Muslim adalah teknik distilasi yang disebut taqrir. Teknik ini kembangkan oleh sajana Muslim bernama Al-Razi. Berbekal
pengetahuan itulah, pada abad ke-12 per adaban Islam sudah menguasai proses pembuatan minyak tanah atau naphtha.
Menurut Bilkadi, mulai abad ke-12 minyak tanah sudah dijual secara besarbesaran. Di jalan-jalan di sekitar Damaskus, papar dia, banyak orang yang menjual minyak tanah. Di Mesir pun, minyak tanah pada abad itu telah digunakan secara besar-besaran. Dalam salah satu naskah disebutkan, dalam sehari rumah-rumah di Mesir menghabiskan 100 ton minyak untuk bahan bakar penerangan.
Penggunaan aspal menjadi pelapis jalan pun terus dikembangkan para saintis Muslim. Untuk melapisi jalan, para insinyur Muslim di Nebukadnezar menggunakan campuran aspal dengan pasir. Campuran pasir dan aspal untuk melapisi jalan itu di Irak dikenal dengan nama ghir.
Kosmografer Muslim, Al-Qazwini, dalam bukunya Aja’ib Al-Buldan (Negeri Ajaib) menuturkan ada dua macam campuran aspal dan pasir yang digunakan untuk melapisi jalan. Jika digunakan untuk mengaspal jalan, campuran itu dikenal sangat kuat dan lekat. Inilah salah satu bukti lagi bahwa peradaban Islam adalah perintis dalam berbagai penemuan dan teknologi.
Ternyata IM, aspal tidak hanya dijadikan sebagai bahan pelapis jalan tapi, ilmuan muslim juga telah mengembangkan dan memakai aspal untuk bidang kedokteran.


Adalah Ali Ibnu Abbas Al-Majusi Penemu Teknik Pengolahan Aspal Haly Abbas. Itulah nama panggilan Ali Ibnu Abbas Al-Majusi di Barat. Iya IM seperti telah kita ketahui bersama bahwa barat sering sekali mengubah nama-nama ilmuan muslim. Setelah namnya diubah, langsung namnya kehilangan nuansa islamnya. Jadi banyak orang yang tertipu dan mengira mereka adalah ilmuan barat dan mereka bukan ilmuan muslim. Contohnya ibnu sina yang diubah namanya menjadi aviccena. Muhammed bin Jaber Al-Battani dikenal di dunia Barat dengan panggilan Albategnius. Abu 'l-'Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Kathir al-Farghani adalah astronom terkemuka, barat memanggilnya dengan panggilan Alfragenus. Dia seorang astronom dan matematik. Dan juga tak ketinggalan Haly Abbas,Dokter dan psikolog Muslim ini turut berjasa dalam mengembangkan teknologi pengolahan aspal menjadi minyak. Ilmuwan dari Persia itu cukup dikenal di Barat lewat buah pikirnya yang berjudul Kitab Al-Maliki serta Kitab Kamil as-Sina'a at-Tibbiyya (Complete Book of the Medical Art). Buku teks kedokteran dan psikologi yang ditulisnya itu sangat berpengaruh di Barat.
Al-Majusi terlahir di Ahvaz, Persia Tenggara. Ia menimba ilmu dari Syeikh Abu Maher Musa ibnu Sayyar. Ia adalah satu dari tiga dokter terhebat di kekhalifahan Islam bagian timur pada zamannya. Berkat kehebatannya itu, dia pun diangkat menjadi dokter di istana Amir Adhad al-Dowleh Fana Khusraw--salah seorang penguasa dari Dinasti Buwaih--yang berkuasa dari tahun 949 M hingga 983 M.
Ia mendirikan sebuah rumah sakit di Shiraz, Persia, serta Rumah Sakit Al-Adudi di Baghdad pada 981 M. Sebelum masuk Islam, Al-Majusi adalah penganut Zooraster yang menyembah api. Al-Majusi berhasil mengolah aspal menjadi minyak yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit dan luka kulit. Ia memeras endapan aspal yang dipanaskan untuk diambil airnya.
Selama mengabdikan dirinya untuk Amir Dinasti Buwaih, Al-Majusi menulis Kitab al-Maliki (Buku Istana). Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin bertajuk Liber Regalis atau Regalis Dispositio. Buku ini dianggap lebih sistematis dan lebih ringkas dibandingkan ensiklopedia karya Al-Razi yang berjudul Al-Hawi. Bahkan, dibandingkan dengan The Canon of Medicine karya Ibnu Sina yang legendaris itu, Kitab Al-Maliki ini dipandang lebih praktis.
Kitab Al-Maliki terbagi dalam 20 diskursus. 10 bab pertama mengulas teori dan 10 bab sisanya mengupas praktik kedokteran. Kitab karya Al-Majusi itu diterjemahkan oleh Constantinus Africanus ke dalam bahasa Latin berjudul Liber Pantegni.
Buku itulah yang menjadi rujukan teks didirikannya Sekolah Kedokteran Salernitana di Salerno. Secara utuh, kitab itu diterjemahkan oleh Stephen Antioch pada tahun 1127 M. Buku kedokteran itu lalu dicetak di Venicia pada 1492 dan 1523 M.
Dalam karyanya itu, Al-Majusi menekankan pentingnya hubungan yang sehat antara dokter dan pasien. Hubungan itu, kata dia, sangat penting dalam etika kedokteran. Kitab itu juga mengupas secara detail metodologi ilmiah yang berkaitan dengan riset biomedikal modern. Secara khusus, sang ilmuwan juga mengupas seluk-beluk masalah psikologi dalam bukunya The Complete Art of Medicine. (sumber republika.co.id –hery ruslan- dengan penambahan seperlunya).
IM fakta ini seharusnya mampu menjadi sebuah kebanggaan yang seharusnya bisa menumbuhkan kembali semangat untuk bangkit mencapai kejayaan. Kita adalah umat yang dulu pernah berjaya dan pernah betul-betul menunjukkan predikat sebagai umat yang terbaik. Tugas kita saat ini adalah kembali mewujudkan predikat umat yang terbaik itu. Perjuangan dan pengorbanan tentunya dibutuhkan untuk memperjuangkan kembali tegaknya kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Namun insya Allah perjuangan dan pengorbanan itu akan dibayar oleh Allah dengan segera mewujudkan pertolongannya kepada siapa saja yang menolong agamnya, dan semua cucuran keringat IM akan dibayar dengan kenikmatan surge kelak di yaumil akhir nanti.


Altar Selanjutnya...

IM apa yang terbesit dalam pikiran anda jika sy meneyebutkan artis, seni dan hiburan??? Mungkin yang anda bayangkan adalah kehidupan yang glamor, taburan orang yang bermaksiat kepada Allah, mempertontonkan auratnya, hingar-bingar music yang memekakan telinga dan tentunya membuat kita lupa mengingat Allah.

Ya…itulah sepintas lalu gambaran mengenai dunia hiburan saat ini. Sangat sulit kita mencari hiburan tidak diwarnai dengan kemaksiatan dan hal-hal lain yang menyimpang dari syariat Allah. Sehingga wajar saja jika ada kalangan yang mengharamkan seni, music, dan hal-hal yang berbau hiburan.
IM bisa anda bayangkan bagaimana kehidupan kita tanpa adanya hiburan, seni dan music. Hidup akan terasa begitu hambar. Pada zaman keemasannya negara Islam bukanlah sebuah negara yang dingin dan kaku dari seni. Banyak ulama pada masa itu membuat hidup jadi lebih terarah dan para saintis dan insinyur membuat hidup lebih mudah dengan penemuan2nya, dan bertebaran pula para seniman menjadikan hidup lebih indah. Dan para seniman ini adalah orang-orang yang beriman, yang selalu menjadikan Islam sebagai poros hidupnya. Sangat berbeda dengan sebagian besar seniman saat ini. Banyak karya yang dihasilkan jauh dari nilai-nilai Islam, bahkan banyak karya seni yang justru melanggar ketentuan syariat Islam.
Di dalam bidang music misalnya, ternyata banyak alat music yang ada saat ini yang awalnya terinspirasi dari penemuan para ilmuan dan seniman muslim.
Seni musik berkembang begitu pesat di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Perkembangan seni musik pada zaman itu tak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan dan dukungan para penguasa terhadap musisi dan penyair membuat seni musik makin menggeliat. Apalagi di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang dari matematika. Boleh dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’(jelaskan sejarah musik dari yunani yang asalnya “muse”). Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian seni musik di dunia Islam.
Meski dalam Islam terdapat dua pendapat yang bertolak belakang tentang music, ada yang mengharamkan dan ada pula yang membolehkan. Pada kenyataannya, proses penyebaran agama Islam ke segenap penjuru Jazirah Arab, Persia, Turki, hingga India diwarnai dengan tradisi musik. Selain telah melahirkan sederet musisi ternama, seperti Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M), Ibnu Mijjah ( wafat 714 M), Ishaq Al- Mausili (767 M-850 M), serta Al-Kindi (800 M-877 M), peradaban Islam pun telah berjasa mewariskan sederet instrumen musik yang terbilang penting bagi masyarakat musik modern. Berikut ini adalah alat musik yang diwariskan musisi Islam di zaman kekhalifahan dan kemudian dikembangkan musisi Eropa pasca- Renaisans:

Alboque atau Alboka
Keduanya merupakan alat musik tiup terbuat dari kayu berkembang di era keemasan Islam. Alboka dan alboque berasal dari bahasa Arab, ‘albuq’, yang berarti terompet. Inilah cikal bakal klarinet dan terompet modern. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam Historical facts for the Arabian Musical Influence, instrumen musik alboka dan alboque telah digunakan oleh musisi Islam di masa kejayaan. Instrumen musik tiup itu diperkenalkan umat Islam kepada masyarakat Eropa saat pasukan Muslim dari Jazirah Arab berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia wilayah barat daya Eropa, terdiri atas Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit wilayah Prancis. Tak heran, jika masyarakat Eropa meyakini bahwa alboque berasal dari Spanyol, khususnya Madrid.
Gitar, Kecapi, dan Oud, menurut Maurice J Summerfield (2003) dalam bukunya bertajuk, The Classical Guitar, menyebutkan bahwa gitar modern merupakan turunan dari alat musik berdawai empat yang dibawa oleh masyarakat Muslim, setelah Dinasti Umayyah menaklukkan semenanjung Iberia pada abad ke-8 M. Oud kemudian berkembang menjadi kecapi modern. Gitar berdawai empat yang diperkenalkan oleh bangsa Moor terbagi menjadi dua jenis di Spanyol, yakni guitarra morisca (gitar orang Moor) yang bagian belakangnya bundar, papan jarinya lebar, dan memeliki beberapa lubang suara. Jenis yang kedua adalah guitarra latina (gitar Latin) yang menyerupai gitar modern dengan satu lubang suara.

Hurdy Gurdy dan Instrumen Keyboard Gesek
Hurdy Gurdy boleh dibilang sebagai nenek moyang alat musik piano. Alat musik ini ternyata juga merupakan warisan dari peradaban Islam di zaman kekhalifahan. Marianne Brocker dalam sebuah teori yang diajukannya menyebutkan bahwa instrumen yang mirip dengan hurdy gurdy pertama kali disebut dalam risalah musik Arab. Manuskrip itu ditulis oleh Al-Zirikli pada abad ke-10 M. Alat Musik Organ Jarak Jauh Menurut George Sarton, alat musik organ hidrolik jarak jauh pertama kali disebutkan dalam risalah Arab berjudul, Sirr Al-Asrar. Alat musik ini dapat didengar hingga jarak 60 mil. Manuskrip berbahasa Arab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Roger Bacon di abad ke-13 M.
Instrumen Musik Mekanik dan Organ Hidrolik Otomatis Kedua alat musik itu ditemukan oleh Banu Musa bersaudara. Ilmuwan Muslim di zaman Abbasiyah ini berhasil menciptakan sebuah organ yang digerakkan oleh tenaga air. Secara otomatis tenaga air itu memindahkan silender sehingga menghasilkan musik. Prinsip kerja dasar alat musik ini, papar Charles B Fowler, masih menjadi rujukan hingga paruh kedua abad ke-19 M.
Banu Musa bersaudara juga mampu menciptakan peniup seruling otomatis. Inilah mesin pertama yang bisa diprogram. Menurut Francoise Micheau dalam bukunya berjudul, The Scientific Institutions in the Medieval Near East, Banu Musa mengungkapkan penemuannya itu dalam kitab bertajuk, Book of Ingenious Devices.
Timpani, Naker, dan Naqareh Alat musik timpani (tambur atau genderang) modern juga ternyata berasal dari peradaban Islam. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam bukunya, Historical facts for the Arabian Musical Influence, cikal bakal timpani berasal dari Naqareh Arab. Alat musik pukul itu diperkenalkan ke benua Eropa pada abad ke-13 M oleh orang Arab dan Tentara Perang Salib. Biola, Rebec, dan Rebab Biola modern yang saat ini berkembang pesat di dunia Barat ternyata juga berawal dan berakar dari dunia Islam. Alat musik gesek itu diperkenalkan oleh orang Timur Tengah kepada orang Eropa pada masa kejayaan Kekhalifahan Islam.
Biola pertama berasal dari rebec yang telah digunakan oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M. Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab alat musik asli dari Arab. Konon, Al-Farabi merupakan penemu rebab. Peradaban Islam di masa keemasan telah menyumbangkan beragam warisan penting bagi masyarakat modern. Masyarakat Barat ternyata tak hanya berutang budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik dan seni rupa.Pencapaian yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa masyarakat Muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan.

Ishaq Al-Mausili Musisi Termasyhur Penemu Solmisari
Ishaq Al-Mausili (wafat 850 M) adalah salah seorang musisi Muslim terbesar di kancah dunia musik Arab pada zaman kekhalifahan. Darah seni menetes dari ayahnya, Ibrahim Al-Mausili (wafat 804 M), yang juga seorang musisi besar.
Ishaq terlahir di Al-Raiy, Persia Utara. Saat itu, sang ayah tengah mempelajari musik Persia. Sang ayah terus mengembara demi mempelajari dan mengembangkan seni musik yang sangat dicintainya. Suatu waktu, Ibrahim membawa putranya yang mash kecil ke Kota Baghdad metropolis intelektual dunia. Kelak, di pusat pemerintahan Ke - khalifahan Abbasiyah itulah nama Ishaq melambung sebagai seorang musisi legendaris. Kisah masa kecilnya juga tercatat dengan baik. Ishaq cilik memulai pendidikannya dengan mempelajari Alquran dari Al-Kisa’i dan Al-Farra.
Dari Hushaim ibnu Bushair, Ishaq mempelajari tradisi dan budaya. Sedangkan, pelajaran sejarah diperoleh nya dari Al-Asmai’i dan Abu Ubaidah Al-Muthanna. Sejak kecil, ia sudah kepincut dengan musik. Na - mun, sang ayah bukanlah satu-sa tunya guru yang memperkenalkan dan mengajarinya seni musik. Me nurut Miss Schlesinger, Ishaq mempelajari musik dari sang paman, Zalzal, dan Atika binti Shuda yang juga musisi terkemuka. Ishaq dikenal sebagai sosok manusia yang kaya dengan budaya. Ia adalah musisi yang intelek. Hal itu dibuktikan dengan perpustakaan pribadinya yang tercatat se bagai yang terbesar di Baghdad.
Ishaq telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan ilmu musik. Ternyata, dialah musisi yang memperkenalkan solmisasi: do re mi fa sol la si do. Ishaq Al-Mausili memperkenalkan solmisasi dalam bukunya, Book of Notes and Rhythms dan Great Book of Songs, yang begitu populer di Barat. Musisi Muslim lainnya yang juga memperkenalkan solmisasi adalah Ibn Al-Farabi (872 M-950 M) dalam Kitab Al-Mausiqul Kabir. Selain itu, Ziryab (789 M-857 M), seorang ahli musik dan ahli botani dari Baghdad, turut mengembangkan penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol jauh sebelum Guiddo Arezzo muncul de ngan notasi Guido’s Handnya.
Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Guido Arezzo adalah musisi yang pertama kali memperkenalkan solmisasi lewat notasi Guido’s Hand. Ternyata, notasi Guido’s Handmilik Guido Arezzo hanyalah jiplakan dari notasi arab yang telah ditemukan dan digunakan sejak abad ke-9 oleh para ilmuwan Muslim.
Para ilmuwan yang telah menggunakannya, antara lain Yunus Alkatib (765 M), Al-Khalil (791 M), Al- Ma’mun (wafat 833 M), Ishaq Al- Mausili (wafat 850 M), dan Ibn Al- Farabi (872 M-950 M). Ibn Firnas (wafat 888 M) pun turut berperan dalam penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol. Karena, ia adalah orang yang memperkenalkan masyarakat Spanyol terhadap musik oriental dan juga merupakan orang yang pertama kali mengajarkannya di sekolah-sekolah Andalusia.
Guido Arezzo mengetahui solmisasi tersebut dengan mempelajari Catalogna, sebuah buku teori musik berbahasa Latin yang berisi kumpulan penemuan ilmuwan Muslim di bidang musik. Solmisasi tersebut ditulis dalam Catalogna yang diterbitkan di Monte Cassino pada abad ke-11. Monte Cassino merupakan daerah di Italia yang pernah dihuni masyarakat Muslim dan juga pernah disinggahi oleh Constantine Afrika. Lagi-lagi, peradaban Barat mencoba memanipulasi sejarah.
Seni musik dan suara juga pada masa keemasan Islam digunakan untuk terapi mental. Bacaan Al-Quran dapat dilantunkan dengan suara yang indah untuk suasana apapun, sedih ataupun gembira. Rasulullah membolehkan lagu dan musik dimainkan untuk mengiringi acara gembira seperti walimah nikah. Semula yang berkembang adalah nasyid, konser vocal tanpa instrument atau barat dikenal dengan “accapella”. Berbagai lirik nasyid yang penuh makna diciptakan untuk berbagai peringatan, misalnya maulid nabi. Konon Salahuddin Al-Ayubi mengadakan sayembara untuk ikut agar masyarakat ingat kembali pada sirah nabawiyah dengan cara yang indah dan menyenangkan. Kiat ini dilakukan untuk memperkuat kembali kaum muslimin dalam menghadapi tentara salib.

Seni Lukis/Seni Rupa
Selain seni musik peradaban Islam juga meruapakan cikal bakal lahirnya seni lukis dan seni rupa. IM bukankah patung dan lukisan makhluk bernyawa itu diharamkan dalam Islam? Lalu bagaimana bisa seniman Islam mengembangkan seni lukis??? Berikut sejarahnya…
Ketika aliran naturalis yang menggambar atau mebuat patung hewan atau manusia diharamkan para seniman muslim dapat tetap meluangkan kreativitasnya dalam bentuk abstrak yang memerlukan jiwa seni dan kemampuan matematis yang lebih tinggi, misalnya dalam bentuk kaligrafi yang rumit yang juga tertuang pada karpet atau keramik, arsitektur masjid yang canggih atau taman kota yang simetri. Bentuk seni rupa yang seolah-oleh dapat mengantarkan kita pada ketenangan jiwa dan membuat kita lebih dekat kepada Allah.
IM seperti inilah watak khas para seniman Islam dulu. Ketika ada syariat Islam yang mengharamkan lukisan dan patung hewan dan manusia, mereka sami’ na wa atho’na…mereka dengar dan taat dan mereka meninggalkan itu semua, tanpa takut kreativitas mereka akan berkurang. Justru ketika mereka menginggalkan apa yang diharamkan oleh Allah, ternyata mereka bisa menghasilkan karya yang jauh lebih bagus dari pada sekedar patung manusia atau lukisan hewan.
Bagaimana dengan sebagian seniman saat ini? Banyak diantara seniman yang mengeksploitasi pornografi dan pornografi kemudian mereka berlindung di balik jargon kebebesan berekspresi. Ketika karya mereka dilarang karena bertentangan dengan syariat Islam, dengan gampangnya mereka menjawab, ini masalah seni jangan bawa2 agama ke dalam masalah seni. Maka wajar saja IM jika hasil karya seniman-seniman yang tidak Islami saat ini justru semakin memperparah kerusakan akhlak generasi muda Islam.
Dunia sastra juga menggelora dengan karya-karya yang menggugah. Berbagai hikayat dari zaman pra Islam dimodifikasi dan diberi semangat iman. Karya sastra yang paling legendaris tentu saja adalah “Kisah 1001 Malam” dengan tokoh ratu Persia Syahrazad yang setiap malam tidak lelah mendongeng kisah-kisah fantastis seperti Aladin, Ali Baba atau Sinbad ke suaminya raja Syahriar dan baru berhenti saat adzan subuh pada titik yang membuat sang raja penasaran. Setelah 1001 malam ada perubahan yang signifikan dari raja Syahriar, yang semula dikenal sebagai raja yang kejam, yang karena takut dikhianati, ia kemudian menyingkirkan istrinya pada hari kedua pernikahannya. Namun Syahrazed berhasil mengubah kebiasaannya itu dengan sebuah dongeng yang indah.
Karya sastra juga sering dirangkai untuk memberikan pelajaran. Ibnu Malik membuat puisi 1.000 bait yang dikenal dengan “Alfiah Ibnu Malik” untuk memberikan pelajaran bahasa Arab secara konferhensif. Siapapun hafal 1.000 bait dia telah belajar dan menguasai nahwu, sharaf dan balaghah sekaligus.
IM tentu sangat berbeda dengan dongeng-dongeng yang ada saat ini yang hanya menjaul mimpi dan miskin dari nilai-nilai Islam.
Dalam seni gerak, seni acrobat sudah diterima oleh Rasulullah, bahkan Rasulullah telah menyaksikan pertunjukan suatu tim dari Habasyah bersama ummul mukminin aisyah di masjid. Seni gerak ini kemudian berkembang pesat dikalangan sufi, seperti halnya kaum darwish di Turki, yang mendapatkan semacam perasaan “ectasse” ketika berputar-putar ratusan kali sambil berzikir.
IM ada fakta menarik dari semua kejadian yang telah dipaparkan diatas, bahwa kaum muslimin mempelajari dan menerjemahkan buku-bukuseni dari berbagai penjuru, lalu memodofikasinya. Namun mereka tidak pernah merasa perlu mempelajari dan menerjemahkan buku-buku hukum, meski dengan alasan akan dimodifikasi. Hal ini karena mereka paham bahwa untuk persoalan hukum Al-Quran dan Sunnah sudah merupakan sumber hukum yang sempurna yang tak mungkin orang tersesat jika telah berpegang pada keduanya.
IM muslimin sekali lagi Islam bukanlah agama yang kaku dan tidak mengakomodasi perkembangan seni. Justru ketika peradaban Islam tegak seni berkembang dengan pesat. Para ilmuan dan seniman muslim telah membuat berbagai alat-alat musik yang masih dipakai sampai saat ini. Justru Islam hadir untuk mebuat seni menjadi jembatan kepada kita untuk lebih dekat kepada Allah. Islam hadir dan mampu mejadikan seni sebagai sebagai pendobrak semangat kaum muslimin di medan perang. Islam hadir untuk membuat seni mampu menjadi sarana yang menyadarkan seorang raja untuk kembali kepada jalan Allah, seperti kisah Raja Syahriar. Karena memang Islam hadir didunia ini untuk menjadi rahmat lil alamin, rahmat bagi semesta alam, dengan syarat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.


Altar Selanjutnya...

Assalamu ailaikum...
Kepada para temanku pengemban dakwah sejati, silakan download proposal

Leadership Islamic Training di sini :
download

kalau tidak bisa coba ke lin ini :
download

Kalau masih tidak bisa coba lagi download disini :
download

Kalau ada masalah cepat hubungi saya..syukran selamat berjuangan

Altar Selanjutnya...

Demokrasi, seolah telah menjadi dogma suci yang pantang untuk ditentang. Siapapun yang berani menentang, berarti harus rela diposisikan sebagai seorang ekstrimis. Jika ia seorang muslim maka bersiaplah untuk menyandang gelar sebagai seorang muslim fundamentalis yang berpikir radikal dan konon kabarnya akan mangancam kesatuan bangsa.

Bahkan untuk menjaga eksistensi demokrasi di negeri ini, pemerintah pun ikhlas menggelontorkan dana sampai puluhan triliun rupiah untuk menyelenggarakan berbagai ritual bertajuk pesta demokrasi. Mulai dari tingkat kecamatan dengan pemilihan camatnya, bahkan sebuah pesta akbar demokrasi untuk memilih orang nomor satu di Indonesia pun telah siap digelar awal bulan September nanti.
Namun apakah praktek demokrasi telah seindah janji-janjinya? Ataukah demokrasi hanyalah seonggok konsep panjajahan baru yang coba ditancapkan oleh negara imperialis ditanah air negara-negara dunia ketiga yang mayorotas dihuni oleh rumpun negeri-negeri kaum muslimin.
Sebenarnya baik-tidaknya demokrasi, tergantung dari kacamata apa kita memandang. Jika memandangnya menggunakan ideology sekularisme, yang mendasarkan pemahamannya pada pemisahan antara agama dengan kehidupan, tentu demokrasi akan tampil sebagai dewa keberuntungan yang akan membawa kemaslahatan kepada masyarakat dunia.
Apresiasi yang jelas berbeda jika demokrasi dipandang dalam perspektif Islam. Walaupun ada segelintir intelektual muslim yang memaksa agar demokrasi mampu dikompromikan dengan Islam. Untuk lebih meyakinkan umat bahwa demokrasi tidak bertentangan dengan Islam, diplintirlah dalil Al-Quran dan hadits Rasulullah saw.
Sebenarnya jika kita kritis menilai, menyatukan antara Islam dan demokrasi bagai mencampur air dan minyak, mustahil untuk bersatu. Karena dalam beberapa hal yang mendasar, Islam dan demokrasi sangatlah berbeda. Meskipun dalam beberapa konsep cabang ada kesamaan antara demokrasi dan Islam. Namun adalah kesimpulan yang gegabah jika menganggap Islam mengakui demokrasi hanya melihat ada kesamaan pada konsep-konsep cabang.
Penerapan konsep demokrasi akan membawa konsekuensi logis, termarjinalkannya syariat Islam. Dalam melahirkan sistem hukum dan perundang-undangan misalnya, demokrasi jelas tidak akan menjadikan Al-Quran dan sunah sebagai satu-satunya sumber hukum. Contoh nyata dalam pengesahan undang-undang pornografi tidak digali oleh parlemen dari hukum Islam, namun manjadikan pendapat seniman, artis, budayawan, aktivis feminisme, sebagai rujukannya. Jika ingin melahirkan perundang-undangan yang mumpuni untuk dikatakan demokratis, maka peraturan tersebut harus mengakomodasi kemauan seluruh kalangan. Namun kenyataannya demokrasi tak seindah warna aslinya. Selau ada saja elemen masyarakat yang dikorbankan dan tidak terakomodasi kemauannya. Dan ironisnya kaum muslimin –khususnya yang ikhlas memperjuangkan syariat Islam- selalu menjadi komunitas yang terpaksa gigit jari akibat dipecundangi oleh demokrasi.
Sementara dalam Islam sumber hukum hanya Al-Quran dan sunah. Manusia dalam menggali hukum harus sesuai dengan koridor syara’. Kemauan manusia akan diakomodasi jika sesuai dengan syariat Islam dan ditolak jika bertentangan dengan syariat Islam. Syariat Islam secara empiris, historis, dan normatif telah mampu tampil sebagai satu-satunya sistem yang mampu secara gemilang menyelesaikan berbagai macam problematika hidup.
Perbedaan mendasar lainnya adalah konsep kedaulatan. Demokrasi menjunjung tinggi suatu konsep yang meletakkan kedaulatan ditangan rakyat. Artinya rakyat memiliki hak prerogatif penuh untuk menentukan mana aturan yang baik dan buruk untuk dirinya. Konsep seperti ini sangat berbahaya, karena memberikan kesempatan kepada manusia untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan kepentingannya dan berpeluang besar merugikan kepentingan orang lain.
Substansi konsep seperti ini terbukti telah melahirkan pemerintahan yang diktator pada masa kegelapan Eropa. Pada masa itu raja mengklaim dirinya sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Muncullah dogma yang menganggap perintah raja adalah perintah Tuhan. Persis sama dengan apa yang terjadi dalam sistem demokrasi. Ketika parlemen mengklaim bahwa mereka adalah penjelmaan dari rakyat dan telah diberi kewenangan membuat hukum, jadilah parlemen membuat kebijakan yang sejalan dengan kepentingannya. Dan tentu kepentingan yang ada sarat dengan pesanan para pemilik modal (kaum kapital). Tengok saja berbagai undang-undang hasil karya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang lebih memihak kepada pemilik modal ketimbang berpihak kepada rakyat.
Sangat berbeda dengan Islam, yang menjadikan satu-satunya pemegang kedaulatan adalah Allah swt., yang terejawantahakan dalam Al-Quran dan sunah. Hal ini selaras dengan firman Allah dalam Q.S. Al-An’am ayat 57 :
“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan kebenaran dan Pemberi keputusan yang terbaik.”
Manusia harus memposisikan diri sebagai hamba Allah yang lemah dengan segala keterbatasannya, sehingga ketaatan kepada aturan Allah adalah suatu keniscayaan. Perintah seorang pemimpin (khalifah) kepala negara tidak mutlak menjadi perintah Tuhan. Khalifah dalam kebijakannya pun harus tunduk pada ketentuan Al-Quran dan sunah. Kalau perintah seorang khlifah menyimpang dari sumber hukum, maka tidak ada ketaatan padanya.
Untuk lebih meyakinkan umat manusia (khususnya umat Islam) agar mau menjadikan demokrasi sebagai sistem hidupnya atau minimal tidak menentang, maka demokrasi mencoba memoles dirinya dengan jargon jaminan atas kebebasan umum. Janji adanya kebebasan jelas tidak dapat dipisahkan dari demokrasi.
Namun ide kebebasan yang diusung oleh demokrasi sangat berbeda dengan kebebasan dalam perspektif Islam. Dalam Islam manusia tidak manusia tidak memiliki kebebasan mutlak. Setiap aktivitas manusia dibatasi oleh aturan Islam. Namun dalam demokrasi kebebasan dijunjung tinggi dan mendapat legitimasi mutlak sesuai dengan perspektif manusia.
Misalnya kebebasan beragama. Dalam pandangan sistem demokrasi seseorang berhak meyakini suatu agama yang dikehendakinya tanpa adanya paksaan. Dia pun berhak berpindah agama sekehendak hatinya. Atau bahkan membuat agama baru, jika agama yang ada dianggap tidak mengakomodasi kebutuhannya.
Konsep ini jelas berbeda dengan Islam. Memang, dalam Islam tidak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Ini diserahkan sepenuhnya kepada individu masing-masing, mau memuluk Islam atau agama yang lain (Q.S. Al-Baqarah : 256). Namun ketentuan ini tidak berlaku tatkala seseorang telah beragama Islam. Ketika seseorang telah mengikrarkan diri sebagai muslim maka ia wajib untuk tunduk dan patuh pada syariah dan aturan Allah, termasuk di dalamnya keharaman untuk keluar dari Islam (murtad). Ini adalah suatu bukti bahwa Islam begitu menjaga kesucian agama. Sehingga melarang umatnya untuk keluar masuk agama, sekaligus melarang membuat agama baru.
Fakta lain misalnya dalam konsep kebebasan mengeluarkan pendepat. Dalam demokrasi hal ini sangat dijamin. Bahkan jaminan kebebasan berpendapat menjadi salah satu ciri utama negara demokratis. Setiap individu dijamin kebebasannya untuk mengeluarkan pendapat apaun dan bagaimanapun bentuknya. Maka wajar ketika koran Denmark Jaylland Posten mendapat protes dari kaum muslimin dunia akibat memuat karikatur Rasulullah saw, mereka kemudian berlindung dibalik tabir kebebasan berekspresi.
Jadi Islam dan demokrasi jelas sangat bertentangan dan tak mungkin dipadukan. Usaha untuk mempercantik citra demokrasi dimata umat Islam adalah suatu kamuflase agar umat Islam mau menerima demokrasi dan secara perlahan-lahan menanggalkan Islam sebagai aturan hidup yang suci. Ketika umat Islam telah mengakomodasi nilai-nilai demokrasi maka hegemoni negera imperialis terhadap dunia Islam akan semikin kokoh. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan dari digalakannya demokratisasi di negeri-negeri kaum muslimin. Oleh karena itu, berhati-hatilah wahai kaum muslimin.



Altar Selanjutnya...