Sabtu, 04 Juli 2009

KAHAZANAH ISLAM 2 JULI 2009

Penemu Peta Pertama di Dunia

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya, Katakanlah (Muhammad), ‘Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula) (Al-Kahfi:109).
Di surat Alkahfi tersebut jelas tertulis bahwa sains dan teknologi yang dikuasai oleh manusia bukanlah sesuatu yang besar sepertihalnya yang pernah diagung-agungkan manusia.


Hingga seberapa kuat dan pandainya manusia memikirkan apa yang diciptakan oleh Allah SWT, maka tetap dipenghujung urat syaraf ini akan ditemui sebuah jalan buntu. Cerita berikut ini tentu saja akan mengubah pola pandang pikiran Anda yang selama ini telah terdoktrin dengan ilmu-ilmu dan penemu dari Barat.

Sebuah pameran yang diadakan di Malaysia awal, membuka tabir bagaimana hebatnya para penemu Islam dalam mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan. Di dasari pemikiran bahwa tidak ada ilmu selain bersumber dari Allah dan hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh manusia ini, tersirat berbagai revolusi dan inovasi yang berhasil dibuat pada masa keemasan Islam.

Berbagai hasil karya berhasil dikoleksi dan ditemukan sedikitnya sebanyak 148 replika dihasilkan oleh para pemikir dan ilmuwan Islam. Replika tersebut antara lain berupa instrumen peralatan dan poster. Kesemuanya itui pada Januari lalu dipajang di Pusat Konvensyen Kuala Lumpur (KLCC), Malaysia. Ilmu-ilmu dan hasil karya ratusan abad silam ini hingga sekarang dijadikan sebagai dasar pengetahuan ilmu-ilmu baru.


Contoh nyata paling rumit, detail dan bagaimana pandainya para ilmuwan Islam masa lalu ini adalah seperti karya arsitektur yang terdapat pada ubin-ubin di masjid Timur Tengah. Hingga puluhan tahun diperhitungan baru pada tahun ini karya seni yang sudah ratusan tahun selalu dibuat dan tanpa kesalahan pengulangan tersebut berhasil dipecahkan oleh ilmuwan saat ini dengan hitungan matematis.
Dr. Fuat Sezgin yang juga Pengarah dan Pengasas Institut Sejarah Sains Arab-Islam, Universiti Johann Wolfgang, Goethe, Frankfurt, Jerman, mengatakan bahwa kehebatan ilmuwan Islam ratusan abad silam adalah kehebatan yang tidak ternilai. Pada abad kegemilangan Islam banyak orang-orang Eropa yang belajar untuk menuntut ilmu di berbagai cabang pengetahuan dari para pakar Islam. Tetapi setelah zaman kegelapan datang banyak pula hasil-hasil ilmuwan tersebut yang juga diselewengkan dan kemudian disebarluaskan dengan informasi yang salah secara meluas.
Ia memberi contoh seperti Al-Razi, adalah ilmuwan terkemuka yang menjadi penemu teknik jahit luka. Ilmuwan kelahiran Iran tersebut tidak sangat terkenal dibandingkan dengan Ibnu Sina yang sebenarnya adalah muridnya. Tokoh ilmuwan Islam ini yang sebenarnya bernama Muhammad bin Zakaria juga terkenal tidak tertandingi pada masanya ditahun 240 Hijriah/854 Masehi. Di dunia pengobatan ia sangat pandai meramu, mengenali dan menemukan obat. Al-Razi selain menjadi orang pertama yang membuat jahitan dengan benang terbuat dari serat juga dikenal sebagai orang pertama yang berhasil membedakan antara penyakit cacar dengan campak.

Peta Dunia Pertama oleh Kaum Muslimin
Jika Anda ditanya siapa penemu benua Amerika? Tentu jawaban yang terlintas adalah Columbus. Pria penjelajah dari Spanyol yang lahir di tahun 1451 dan memiliki nama lengkap Christopher Columbus ini oleh para siswa dan guru sangat dikenal sebagai pelaut dan pedagang yang pertama kali menemukan benua tersebut. Namun apakah itu benar? Ternyata tidak.
Catatan berbagai sejarah dan penemuan-penemuan yang berhasil dikumpulkan oleh para sejarahwan terungkap bahwa telah banyak orang-orang yang berprofesi sama dari Negeri Eropa juga pernah mengekspansi dagangannya ke benua tersebut. banyak sejahrawan pula yang berdebat bahwa para pedagang dari Negeri Chinalah yang pertama kali mendaratkan kakinya di benua Paman Sam tersebut pada abad ke-11.
Namun terlepas dari bukti-bukti dan perdebatan yang panjang, tahukah Anda bagimana mereka bisa berjalan-jalan dan menyeberangi lautan yang maha luas tersebut. Jawaban sederhananya tentu saja dengan berbekal peta dan penunjuk arah mereka bisa menyeberangi lautan. Dari perjalanan mereka tersebut maka tersingkaplah peta-peta yang terus berevolusi berdasarkan pengamatan para pelaut yang terus turun temurun. Dan untuk pertama kalinya peta dunia terlengkap dibuat pada tahun 1513.


Adalah karya seorang pelaut Piri Reis yang membuat para peneliti dan sejahrawan terkagum-kagum. Tidak hanya kagum dengan bagimana hasil pemetaan tersebut dapat digambarkan, akan tetapi para ahli satelit sendiri pun merasa terkejut dengan model pemetaan yang dibuat oleh tokoh Muslimin tersebut.
Bagimana tidak, peta yang dibuat diatas sepotong kulit rusa berukuran 90×65 centimeter tersebut benar-benar digambarkan lengkap dan cukup detail. Bahkan hasil perbandingan dengan pemotretan dari angkasa luar yang dilakukan menggunakan satelit saat ini memiliki bentuk yang sangat mirip.
Mulanya para sejahrawan tidak percaya akan bukti keberadaan peta tersebut. Di peta yang terlihat jelas hanyalah kawasan Laut Timur Tengah. Sementara kawasan lainnya seperti benua Afrika dan Amerika sama sekali tergambar sangat berbeda. Baru setelah gambar hasil pemotretan satelit jaman modern ini dipadukan dengan peta kuno karya muslimin bangsa Turki tersebut sangat nyata kebenarannya bahwa gambar yang ditorehkan dalam kulit tersebut memang sangat detail dan terperinci.

Penemuan kuno tersebut memberikan bukti bahwa memang ilmu kemajuan jaman dahulu sudah sangat maju dalam bidang astronomi. Entah bisa disangkal atau tidak akan tetapi bukti-bukti lain beserta keajaiban dunia yang ditinggalkan masa pemerintahan masa lalu menunjukkan bahwa ilmuwan pada masa itu menguasai ilmu pengetahuan dengan sangat baik dan bisa menyamai peralatan canggih yang dimiliki oleh manusia jaman modern saat ini.


Meski sejahrawan masa sekarang tidak mengetahui bagaimana Piri Reis bisa menggambarkan peta dunia tersebut dengan sangat akurat, namun Piri Reis mengungkapkan semasa hidupnya bahwa peta tersebut berhasil ia buat dari penyatuan beberapa peta yang dibuat oleh para pelancong dari berbagai negara. Ia menyebutkan menggunakan 34 sumber yang berbeda. Karya tersebut berasal dari jaman Alexander sebanyak 20 peta, 8 peta dari karya ahli geografi Muslim, 4 peta dari Portugis dan 1 peta dari Columbus.
Peta ini juga sangat penting dalam melakukan futuhat ke daerah2 yang terpencil. IM Allah telah mewajbkan kita untuk melakukan penyebaran Islam keseluruh dunia. dan hal ini tidak mungkin bisa dilakukan jika kita tidak memiliki peta gambaran permukaan bumi. Motivasi ruhiyah seperti inilah yang membuat kaum muslimin sangat lincah, lihai dan pintar membuat peta. Bukan karena motivasi dunia, tapi murni karena motivasi akhirat. Motivasi inlah yang menyebabkan sains Islam begitu berkembang.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Peradaban Islam di era kekhalifahan telah melahirkan sederet geografer andal. Pada abad ke- 10 M, dunia Islam memiliki se orang geografer ulung ber na ma bernama Mohammed Abul-Kas sem ibnu Hawqal. Sejarah peradaban Islam biasanya menyebutnya Ibnu Hawqal. Popu laritasnya sebagai seorang ahli geo gra fi se makin melambung setelah berhasil meluncurkan surat Al-ardh atau ‘peta bumi’. Adikarya Ibnu Hawqal itu ditulis pada tahun 977 M. Kitab berisi peta bumi yang ditulisnya seringkali disebut sebagai al- Masalik wa al-Mamalik. Selain, dikenal sebagai geografer fenomenal, Ensiklopedia Ukraina menyebut Ibnu Hawqal sebagai saudagar dan penjelajah kenamaan dari dunia Arab. ‘’Dalam buku perjalanannya, dia mengisahkan tiga jenis orang Rus dan menjelaskan tentang Kyiv,’‘ ungkap Ensiklopedia Ukraina.

Ilmuwan Muslim itu terlahir di Nisibis, sebuah kota di Provinsi Mardin, sebelah tenggara Turki pada 15 Mei 943 M. Ibnu Hawqal juga tercatat sebagai seorang sastrawan Arab terkemuka. Namun, sebagian besar hidupnya didedikasikan untuk me ngembangkan geografi. Hampir 30 tahun sisa hidupnya digunakan untuk melakukan perjalanan dan petualangan mengelilingi sebagian besar dunia. Atas permintaan geografer Muslim ber na ma Al- Istakhri (951 M), Ibnu Hawqal pun melakukan penjelajahan hingga ke Spa nyol. Perjalanan itu dilakukannya un tuk memperbaiki peta-peta dan teks penjelasan geografinya. ‘’Ibnu Hawqal kemudian menulis ulang seluruh buku itu, lalu menerbitkannya kembali dengan judul al-Masalik wa al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), ujar Philip Khuri Hitti dalam karyanya History of the Arabs.
Sayangnya, kisah hidup sang geogra fer tak banyak terungkap. Bahkan, kisah masa kecilnya nyaris tak pernah ada. Yang ter ung kap hanyalah kisah perja lan an yang mem buatnya dikenal sebagai geografer dan penjelajah ulung. Selama 30 tahun berpetualang menelusuri negara demi negera, mem buat Ibnu Hawqal sempat menginjak an kakinya di kawasan Asia dan Afrika yang terpencil sekalipun. Dalam salah satu penjelajahan, Ib nu Hawqal terbawa sampai ke dae rah yang berlokasi di 20 de ra jat selatan dari khatulistiwa sepanjang pantai Afrika Timur. Kemudi an Ibnu Haw qal menggambar kan nya dalam peta ser ta menuliskan secara rinci kelebihan dan bentuk negara tersebut. Me nurutnya, di wilayah itu terda pat orang-orang Yunani yang bekerja meng gunakan logika diban dingkan pengalaman.

Salah satu kehebatan Ibnu Hawqal adalah mampu menjelaskan sebuah wilayah secara akurat. Tak heran, jika peta yang diciptakannya telah berhasil memandu para wisatawan dan penjelajah. Surat Alardh yang diciptakannya mampu menjelaskan secara rinci wilayah Spanyol Muslim, Italia dan khususnya Sicilia, serta ‘’Tanah Romawi’‘ istilah yang digunakan dunia Muslim untuk menjelaskan kekaisaran Byzantium.

Lewat catatan perjalanannya, Ibnu Hawqal mengisahkan hasil pengamatannya yang menyebutkan tak kurang ada 360 bahasa yang digunakan masyarakat di Kaukasus bahasa Azeri dan Persia menjadi bahasa pergaulan masyarakat di wilayah itu. Ia juga memberikan gambaran mengenai Kiev, dan telah menyebutkan rute dari Volga Bulgars dan Khazars. Ia juga memaparkan tentang Sicilia wilayah otonom di Italia Selatan. Ibnu Hawqal sangat mengaggumi Palermo, ibukota Sicilia. Kota dengan 300 masjid, begitulah di menjuluki kota yang sempat dikuasai umat Islam itu. Secara menga gumkan, Ibnu Hawqal mampu menggambarkan suasana Palermo pada tahun 972 M.

Dalam catatan perjalanannya bertajuk, Al-Masalik wal Mamlik, Ibnu Hawqal mengaku tak pernah menemukan sebuah kota Muslim dengan jumlah masjid sebanyak itu, sekalipun luasnya dua kali lebih besar dari Palermo. Pada saat yang sama, pelancong Muslim kondang itu juga menyaksikan kehebatan University of Balerm sebuah perguruan tinggi Islam terkemuka di kota Palermo, Sicilia. Hampir selama tiga abad lamanya, umat Muslim di era keemasan berhasil mengi bar kan bendera kejayaan dengan peradabannya yang terbilang sangat tinggi di wilayah otonomi Sicilia. Ibnu Hawqal juga termasuk dalam sederet ilmuwan terkemuka yang telah mengharumkan nama Islam di Bas rah, Irak. Kota yang dikenal sebagai penghasil kurma berkualitas tinggi itu di dirikan oleh umat Islam pada 636 M era kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.

Sejak dahulu kala, Basrah sangat terkenal dengan saluran atau kanal airnya. Pada abad ke-10 M, jumlah kanal yang ada di kota itu mencapai 100 ribu. Sebanyak 20 ribu di antaranya bisa dilalui kapal. Nahr Ma’kil merupakan saluran utama yang menghubungkan Basrah ke Baghdad, jelas Ibnu Hawqal menggambarkan kota yang kerap dijuluki Venesia Timur Tengah itu. Ibnu Hawqal adalah seorang geografer Muslim yang unik. Peta yang dihasilkannya memiliki nilai artistik yang tinggi, dengan skema gambar yang unggul. Pada zaman itu, kompas sangat diperlukan untuk menentukan letak sebuah wilayah secara akurat. Peta yang dibuatnya begitu jelas. Ia menunjukkan perjalanannya melalui peta yang berisi petunjuk jalan dan kota-kota. Sayangnya, Ibnu Hawqal belum mencantumkan jarak antara satu kota dengan kota lainnya.
Peta yang dibuatnya kerap disebut sebagai Atlas Islam. Tak heran, jika peta yang diciptakan Ibnu Hawqal banyak di sadur orang dan dijadikan model lain Arab dan Persia. Ibnu Hawqal dalam risalahnya al-Masalik wa al-Mamalik, mengatakan, dalam perjalanan dari lembah Indus, Ibnu Hawqal bertemu dan Al- lstakhri. Saat itu Al-Istakhri memberikannya pelajaran penting. Dia (Istakhri) menunjukkan saya peta geografis dalam karyanya, dan saya diminta memberi komentar,’‘ ungkap Ibnu Hawqal. Keduanya lalu bersepakat, Ibnu Hawqal diminta untuk melengkapi karya al- Istakhri itu. Berkat sentuhannya, karya geografi yang dirintis Al-Istakhri itu menjadi lebih maju dan bagus. Ibnu Hawqal mengatakan, Saya telah menjelaskan semua mengenai bumi. Saya telah memberikan pandangan tentang provinsi-provinsi yang ada di wilayah dunia Islam.’‘ Ia menyadari satu hal yang kurang dari karyanya itu. ‘’Saya tidak melakukan pembagian iklim, untuk menghindari kebingungan.’‘
Menurut Ibnu Hawqal, dirinya telah mengilustrasikan setiap wilayah di peta. ‘’Saya telah menunjukkan posisi masingmasing, dibandingkan dengan negaranegara lain. Batas tanah, kota-kota, air sungai, danau dan kolam dengan permukaan yang berbeda-beda. Saya telah mengumpulkan semua yang pernah dibuat geografi baik untuk kepentingan raja atau orang, jelasnya. Semua itu membuktikan bahwa Ibnu Hawqal sebagai seorang geografer Muslim ulung di zamannya.


Surat Al-ardh Adikarya Sang Penjelajah

Surat Al-ardh merupakan wajah dunia yang digambarkan dalam sebuah peta oleh Ibnu Hawqal. Pa da tahun 1086 kitab ini ditemukan di Topkapi Sarayi Muzesi Kutup hanesi, Istanbul. Dalam buku itu Ibnu Hawqal justru lebih terbuka tentang diri nya sendiri. Berdasarkan isi kitab tersebut, kemungkinan besar Ibnu Hawqal juga merupakan seorang saudagar.
Hal itu didasarkan pada karyanya yang penuh dengan fakta-fakta yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Ibnu Hawqal juga memuji kebijakan agama Dinasti Fatimiyah, dan itu bisa diasumsikan bahwa dia merupakan seorang dai. Kitabnya itu juga dikenal sebagai al-Masalik wa al-Mamalik. Karya ini merupakan hasil revisi dari karya geografer Muslim,al-Istakhri. Perbedaan utama antara karya Ibnu Hawqal dan al-lstakhri ada pada pembahasan Byzantium sebagai bagian dari Islam. Pada bukunya itu, Ibnu Hawqal memposisikan Spanyol, Afrika Utara, dan Sicilia sebagai tiga bagian terpisah. Sedangkan karya Al-lstakhri mengomentari peta-peta, dan dia menyatakan bahwa rencana kami adalah untuk menjelaskan, dan untuk menggambarkan pada peta, berbagai laut, penyematan nama masing-masing, sehingga dapat dikenal di peta.
Al-Istakhri juga tertarik dengan komposisi peta, ia membandingkan karyanya dengan karya Ibnu Hawqal. Ibnu Hawqal menyatakan bahwa Allstakhri telah menyusun peta Sind, namun dia telah membuat beberapa kesalahan. Ia juga mengambil dari Fars, yang dia telah dilakukan sangat baik. Kitab ini terdapat tiga versi, pertama sekitar tahun 961 M yang didedikasikan kepada Hamdanid Sayf al-Dawlah (wafat 967 M), kedua berisi kritik dari Hamda nids dari sekitar satu dekade kemudian, dan versi terakhir yang definitif muncul sekitar 988 M. Ibnu Hawqal sendiri pada awalnya ingin memproduksi satu set peta.
Ibnu Hawqal memasukan tambahan teksnya pada daerah tertentu dipe ta nya, ia juga memasukkan bagian yang menggambarkan peta secara harfiah dan sederhana. Contoh peta Kirman di mulai dari penjelasan nama-nama dan legenda yang ditemukan pada peta Kir man. Karya Ibnu Hawqal seorang ilmu wan Arab merupakan karya yang khu sus, bahkan ia juga membuat risalah tentang peta geografisnya itu dalam era keemasan Islam. Walaupun isinya sama saja menjelaskan peta tersebut.



……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Bukti lain kegemilangan peradaban Islam dalam bidang perpetaan adalah metode penentuan titik dipermukaan bumi. Mungkin IM sangat kenal dengan metode koordinat kartesius.
Para ilmuwan Muslim di era keemasan peradaban Islam telah mengembangkan metode pemetaan. Dengan menguasai pemetaan, para astronom mampu menentukan posisi lintang dan bujur tempat-tempat di permukaan bumi. Hasilnya bisa digunakan untuk beragam kepentingan. Salah satunya untuk menghitung hasil pengamatan posisi benda-benda yang ada di langit.
Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam karyanya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History mengungkapkan, para astronom Muslim memiliki beberapa cara untuk menemukan koordinat suatu benda di langit. Salah satunya dengan menentukan garis meridian, yakni garis yang melintang dari arah selatan suatu tempat kemudian ditarik hingga ke kutub utara langit dan titik zenith.
''Untuk menentukan arah meridian, cara paling sederhana yang digunakan para astronom saat itu adalah dengan mengukur lintang bintang circumpolar, yakni bintang yang cukup dekat dengan kutub langit sehingga selalu muncul horison,'' ungkap al-Hassan dan Hill. Pada saat yang sama, diukur pula sudut horisontalnya terhadap sebuah titik pada garis horison.

Menurut al-Hassan, pengukuran itu dilakukan dua kali, ketika bintang berada di timur pengamatan dan ketika berada di sebelah barat. Menurut al-Hassan dan Hill, garis meridian diperoleh dengan membagi dua sudut horisontal. Selanjutnya penentuan bujur dapat dilakukan dengn mudah, yakni dengan mengamati tinggi matahari dan bintang ketika melewati meridian.

Selain itu, para astronom Muslim juga sudah mampu menentukan garis lintang. Sayangnya, kata al-Hassan, metode yang digunakan untuk menentukan lintang itu tak seakurat metode penentuan garis bujur. Guna menentukan lintang yang sangat akurat, papat dia, dibutuhkan alat ukur waktu yang andal bernama Kronometer. "Kronometer yang demikian baru ada setelah pertengahan abad ke-18 M, sehingga para astronom Muslim harus menggunakan metode pengukuran lain yang tentu saja tidak bergantung pada keakuratan pengukuran waktu," ungkap al-Hassan dan Hill.

Untuk menentukan lintang, para astronom Muslim di era kekhalifahan mengembangkan dua teknik. Pertama, mereka melakukan pengamatan gerhana bulan dari dua tempat berbeda dengan objek pengamatan atau peristiwa yang sama. "Misalnya ketika bulan bergerak menuju bayangan Bumi dan kemudian membandingkan hasilnya," tutur al-Hassan dan Hill. Menurut al-Hassan, perbedaan waktu kejadian dari suatu peristiwa serupa di kedua tempat itu merupakan besar perbedaan lintangnya. Sedangkan pada metode kedua, para astronom mengukur jarak ke arah timur-barat suatu tempat dari tempat lain yang diketahui (atau diasumsikan) lintangnya.

Setelah lintang dan bujur dua tempat diketahui, maka dapat ditentukan arah satu tempat ke tempat lain. Dan besaran yang dihasilkan adalah azimuthnya, yakn besar sudut jurusan yang diukur dari arah utara ke rah timur (searah jarum jam) hingga garis arah kedua titik. "Salah satu aplikasi perhitungan ini, yaitu penentuan arah Makkah dari tempat tertentu (kiblat)," kata al-Hassan dan Hill.

Penentuan arah Makkah atau kiblat ini merupakan sesuatu yang penting bagi ilmuwan Muslim era kekhalifahan. Para ilmuwan Muslim akhirnya bisa memecahkan penentuan arah kiblat pada abad ke-3 H/9 M sampai ke-8 H/14 M. Ini membuktikan kecanggihan trigonometri yang digunakan para astronom Muslim serta kecanggihan teknik perhitungan yang telah mereka capai.

"Karena azimuth suatu tempat bersifat relatif terhadap tempat lain dapat ditentukan, secara teoritis akan mungkin untuk membuat jalan atau kanal lurus antara dua kota," jelas al-Hassan dan Hill. Namun, imbuh al-Hassan dan Hill, dalam praktiknya, hal itu tidak dapat direalisasikan. Pasalnya, rute-rute ditentukan keadaan daerah dan masalah pemilikan lahan. Sementara kanal-kanal itu harus sedekat mungkin dengan daerah pertanian yang akan dialirinya. "Oleh karena itu, rute-rute ditentukan dengan mengingat pertimbangan-pertimbangan praktis ini," kata al-Hassan dan Hill.

Sebelum penggalian kanal, selain menentukan rute, perlu juga diperhitungkan pendataran tanah sepanjang rute tersebut dari awal hingga akhir. Proses pendataran tanah itu membutuhkan garis pandang horisontal yang pada instrumen modern diperoleh dari benang silang dalam teropong dan sifat datar."Para surveyor Muslim menggunakan beberapa instrumen yang didasarkan pada prinsip yang sama, meski tak satupun yang mempunyai teleskop, mereka memakai penglihatan langsung," ungkap al-Hassan dan Hill.

Menurut al-Hassan dan Hill, salah satu instrumen yang yang digunakan adalah segitiga logam dengan pengait logam dipatrikan di kedua ujung salah satu sisinya. Unting-unting dengan pemberat seperti bandul di ujungnya dipasang pada tengah-tengah sisi tadi. Dua rambu tegak yang dibagi-bagi dalam graduasi 12 sentimeter dan kemudian dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil ditegakkan oleh asisten pemegang rambu dalam jarak tujuh meter.

''Seutas kawat direntangkan antara kedua bambu dan segitiga logam tadi digantungkan dengan kedua pengaitnya di tengah-tengah kawat ini. Salah satu ujung kawat digerakkan ke atas dan ke bawah rambu sampai tali unting-unting tepat menunjukkan sudut bahaw segi tiga,'' papar al-Hassan.

Metode yang sama juga digunakan pada kayu sepanjang setengah meter dengan lubang mendatar. Pada proses ini juga digunakan bandul logam yang diikatkan pada tengah kayu. Bandul ini berfungsi sebagi garis unting-unting. Kemudian kayu tersebut diletakkan di atas kawat, selanjutnya pendataran dilakukan seperti cara yang telah disebutkan tadi.

Metode ketiga yang digunakan para ilmuwan Muslim untuk menetukan sifat datar adalah dengan menggunakan bambu lurus panjang yang salah satu sisinya dilubangi. Bambu tersebut dipegang kedua rambu tegak di masing-masing ujungnya. Dan seorangasisten menuangkan air ke dalam bambu melalui lubang tadi. "Bambu dianggap horizontal jika air yang keluar dari kedua ujungnya sama banyak," kata al-Hassan an Hill.

Para ilmuwan juga mencatat beda ketinggian, dan pemegang rambu pindah ke titik selanjutnya dalam lintasan rute. Kemudian prosedur yang sama dilakukan kembali. Al-Hassan menambahkan, "Jika rute sudah selesai dipetakan, total (jumlah aljabar) 'naik' dan 'turun' dari semua titik pangkalan menunjukkan perbedaan tinggi titik awal dan titik akhir.

Menurut al-Hassan dan Hill, cara yang sama juga digunakan untuk memperoleh kemiringan yang tepat pada penggalian kanal. Sedangkan untuk memperoleh tinggi dan sudut objek-objek yang jauh, para surveyor Muslim menggunakan astrolab. Di bagian belakang instrumen, pada setengah lingkaran bawahm terdapat sebuah siku-sku atau kadang-kadang sepasang siku-siku dengan ukuran sama.

Jika astrob digantung secara bebas, alidad atau garis pembidik diatur sedemikian rupa sehingga objek jauh yang perlu diketahui tingginya dapat terlihat melalui pembidik. Demikianlah metode pemetaan yang diterapkan para ilmuwan Muslim di era kejayaan Islam. she


Penentuan Arah Kiblat

Ada beragam metode untuk menentukan arah kiblat. Guna mencari arah kiblat, diperlukan perhitungan yang cermat dan sedetil mungkin, sehingga diperlukan data yang valid untuk dijadikan bahan hitungan. Beberapa data yang diperlukan itu antara lain; arah utara selatan dan timur barat.

Untuk menentukan titik utara selatan terdapat beberapa cara, yaitu dengan menggunakan theodolit, tongkatistiwa (sundilan), teropong, kompas. Di antara cara-cara tersebut di atas, yang paling mudah, murah, dan memperoleh hasil yang teliti adalah dengan mempergunakan tongkat istiwa.

Caranya, tancapkan sebuat tongkat lurus pada sebuah pelataran datar yang berwarna putih cerah. Panjang tongkat sekitar 30 cm dan berdiameter satu cm. Ukurlah dengan lot dan waterpass sehingga pelataran betul-betul datar dan tongkat betul-betul tegak lurus terhadap pelataran. Lalu, lukislah sebuah lingkaran berjari-jari sekitar 20 cm yang berpusat pada pangkal tongkat tadi.

Kemudian, amati dengan teliti bayang-bayang tongkat beberapa jam sebelum tengah hari sampai sesudahnya. Semula, tongkat akan mempunyai bayang-bayang panjang menunjuk ke arah Barat. Semakin siang, bayang-bayang semakin pendek, lalu berubah arah sejak tengah hari. Kemudian semakin lama bayang-bayang akan semakin panjang lagi menunjuk ke arahTimur. Dalam perjalanan seperti itu, ujung bayang-bayang tongkat akan menyentuh lingkaran sebanyak dua kali pada dua tempat, yaitu sebelum tengah hari dan sesudahnya.

Selanjutnya kedua sentuhan itu kita beri tanda dan hubungkan antara keduanya dengan garis lurus. Garis ini merupakan arah Barat-Timur secara tepat. Lalu lukislah garis tegak lurus pada garis Barat-Timur tersebut, maka akan memperoleh garis Utara-Selatan yang persis menunjuk titik Utara sejati. she/ berbagai sumber

Altar Selanjutnya...