Kembali kita dibuat harus mengurut dada seraya memohon ampun kepada Sang Pencipta, ketika melihat berbagai cobaan datang menerpa bangsa ini silih berganti, tiada henti. Bayangkan saja dalam kurun waktu kurang dari 3 bulan terakhir telah terjadi tiga kecelakaan pesawat milik TNI AU. Kurang lebih sebulan yang lalu,

tepatnya 6 April 2009 pesawat Fokker 27 milik TNI AU jatuh di bandara Husain Sastranegara Bandung dan menewaskan 24 orang yang sebagian besarnya adalah perwira dan prajurit berbakat yang dipersiapkan menjadi perajurit pilihan angkatan udara.
Selang beberapa minggu kemudian, pada tanggal 11 Mei 2009 kembali alutsista (peralatan utama tempur) pesawat Hercules 130 B TNI AU mengalami insiden di landasan pacu Bandar udara Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya. Insiden yang diwarnai dengan patahnya roda pendarat pesawat. Walaupun tak ada korban jiwa, namun kejadian itu semakin membuncahkan keraguan terhadap kualitas peralatan tempur yang dimiliki bangsa ini.
Keraguan dan keprihatinan itu mencapai klimaksnya disaat kita menyaksikan satu musibah dahsyat yaitu jatuhnya pesawat Hercules C-130 yang jatuh di daerah persawahan Magetan. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 20 Mei 2009 tersebut menewaskan sedikitnya 102 orang warga sipil dan militer.
Ironis memang, ditanggal 20 Mei yang bertepatan dengan hari kebangkitan nasional disaat bangsa ini harus membuktikan kebangkitannya sebagai bagsa yang mandiri terutama dibidang militer, namun sayang jauh panggang dari api, hari kebangkitan nasional berubah menjadi hari “berkabung nasional”. Dihari kebangkitan itu, bangsa ini harus kembali kehilangan prajurit-prajurit terbaiknya.
Pro-kontra mengenai penyebab kecelakaan ini kembali bermunculan. Seperti pada kecelakaan sebelumnya, kesimpulan dari hasil analisis sementara berkutat pada keadaan cuaca, pesawat yang tidak layak terbang atau faktor kesalahan pilot (human eror).
Menurut informasi media saat terjadi kecelakaan, cuaca dalam keadaan cerah. Kalaupun cuaca yang selalu dijadikan alasan dalam beberapa insiden kecelakaan pesawat, factor udara tentunya bisa saja dihindari jika pesawat yang digunakan adalah pesawat dengan teknologi canggih dan usia yang lebih muda. Begitu pun dengan human eror, keterampilan seorang pilot jelas bisa ditingkatkan dengan berbagai pelatihan yang bisa mengasah keterampilannya. Namun semua ini jelas membutuhkan bujet anggaran yang tidak sedikit. Dan ini adalah keniscayaan, disaat negara menginginkan pertahanan dan keamanannya kuat, maka mengalokasikan dana yang cukup untuk peralatan militer adalah sebuah konsekuensi logis.
Belum cukup sebulan kembali helicopter jenis balcow BO 105 milik TNI kembali mengalami nasib naas di Bukit Cihanjawar, Kabupaten Cianjur.
Sudah menjadi rahasia umum jika yang menghuni hanggar-hanggar TNI AU adalah mesin perang tua. Sebagai contoh, Hercules yang jatuh di Megetan telah berumur 29 tahun. Usia yang sudah relative tua untuk “sang burung besi” mengudara mengemban tugas-tugas berat kenegaraan. Memang penyebab kecelakaan pesawat Hercules di Magetan belum diketahui secara pasti. Namun pemerintah tidak bisa mengingkari kenyataan tentang minim dan tidak masuk akalnya anggaran pertahanan keamanan di negeri ini. Untuk tahun 2009 Departemen Pertahanan dan Keamanan mengajukan anggaran kebutuhan minimal pertahanan adalah Rp 127 triliun, namun ternyata pemerintah hanya memenuhi Rp. 33,6 triliun atau hanya sekitar 26% saja. Dari alokasi dana tersebut, Rp. 27 triliun dipergunakan untuk gaji dan biaya operasional kantor. Sehingga alokasi perawatan dan peremajaan alutsista sangatlah minim.
Fakta ini semakin memperkuat analisis bahwa salah satu factor utama penyebab rendahnya kualitas peralatan militer Indonesia adalah pendanaan yang minim. Maka jangan heran jika ditenggarai pesawat Hercules yang seharusnya digunakan untuk misi-misi militer dan kenegaraan ternyata di komersialisasikan. Dari 102 orang korban jiwa, ternyata banyak diantara meraka adalah anak-anak dan warga sipil. Padahal pada saat itu, misi Hercules naas tersebut bukanlah misi evakuasi anak-anak dan warga sipil. Apakan ini adalah bukti yang semakin jelas jika TNI AU kekurangan dana sehingga harus membawa penumpang?
Memberikan porsi dana yang sedikit kepada militer adalah upaya nyata untuk memperlemah bangsa Indonesia. Posisi militer yang lemah akan mempermudah negara imperialis untuk memecah belah bangsa ini.
Untuk membangun militer yang tangguh dan berwibawa tentu dibutuhkan perlengkapan dan persenjataan yang canggih. Dalam perspektif Islam, Allah SWT secara tegas menyeru kepada umat Islam untuk mempersiapkan kekuatan semaksimal mungkin. Atau paling tidak memiliki kekuatan yang seimbang dengan musuh, sehingga musuh akan semakin gentar. Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari Iran dan Pakistan yang telah mampu mengembangkan teknologi nuklir, sehingga membuat negara sekaliber Amerika Serikat, terpaksa menginterfensi agar proyek nuklir di Iran dan Pakistan tidak dilanjutkan.
Selain itu dalam perspektif Islam tugas militer adalah menjaga keutuhan negara dan proaktif dalam melakukan futuhat (pembebasan) bukan dalam rangka menjajah namun untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia. Dalam usaha penyebaran Islam ini, besar kemungkinan kaum muslimin akan medapatkan halang fisik. Jika dakwah Islam dihalangi dengan halangan fisik dalam bentuk kekuatan militer, maka untuk menghadapinya kaum muslimin pun harus menyiapkan kekuatan militer, dalam rangka menghilangkan halangan fisik tersebut. Disinilah terlihat relevansi yang sangat erat antara kehandalan militer dan tersebarnya dakwah Islam.
Sejarah telah mencatat bagaimana negara Islam masa lalu mempertahankan kedaulatan negerinya dan menyebarkan Islam dengan ditopang oleh kekuatan militer yang tangguh. Pasukan Muhammad al-Fatih yang dikenal dengan nama “royal janissaries” (inkisaria) yang terdiri dari 40.000 orang pasukan terlatih berhasil merebut kota Konstantinopel. Beliau berhasil melahirkan pasukan militer yang tangguh karena mengadopsi program pelatihan perajurit sejak kecil. Selain dilatih dengan fisik, strategi perang, mereka juga diberikan ilmu fiqh dan ilmu keislaman lainnya.
Tidak Cuma itu Sholahuddin al-Ayubi adalah panglima militer yang sangat brilliant, memimpin pasukannya membebaskan tanah Quds (Palestina) dari tangan penjajah.
Selain peralatan tempur yang handal dan taktik militer yang jitu, ada satu kunci keberhasilan dan ketangguhan militer Islam, yang mungkin tidak dimiliki oleh sistem pertahanan dan militer lain. Inilah yang menjadi rahasia utama keberhasilan prajurit-prajurit Islam dulu. Rahasianya ada pada factor motivasi (al-Quwah). Dalam sistem militer Islam, motivasi yang dibangun adalah motivasi yang paling tinggi. Bukan sekedar motivasi materi atau motivasi untuk meraih gelar pahlawan. Namun motivasi yang paling tinggi itu adalah motivasi ruhiyah. Motivasi yang lahir dari dorongan akidah Islam yang menjelma dalam bentuk kesadaran bahwa apa yang dilakukan adalah bukti kecintaan kepada Allah SWT.
Motivasi ruhiyah yang lahir dari akidah Islam inilah yang membuat tentara-tentara Islam dimasa lalu disegani kawan dan ditakuti lawan. Adanya dorongan untuk melakukan jihad fisabillah sebagai aktivitas yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah, menghantarkan para tentara Islam siap maju dimedan perang dan tak memiliki rasa takut sedikit pun terhadap kematian. Justru kematian (syahid) itulah yang mereka nantikan, namun jelas dengan taktik yang jitu dan peralatan tempur yang canggih.
Perwira dan prajurit militer seperti inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia bahkan dunia saat ini. Pemimpin negeri ini seharusnya belajar pada Muhammad al-Fatih yang mampu mewujudkan suatu pembinaan sejak dini terhadap orang-orang yang akan disiapkan untuk menjadi pasukan tempur nantinya. Dan tentu saja sejak dini sudah menumbuhkan motivasi ruhiyah dalam diri para perajurit.
Selanjutnya negara wajib memfasilitasi tentara militernya dengan alutsista berteknologi canggih. Karena militer yang tangguh tak akan mungkin muncul dari peralatan-peralatan perang yang telah usang.

DIMUAT DI HARIAN TRIBUN TIMUR MAKASSAR



Penulis : Adi Wijaya
Koordinator Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK)
Daerah Makassar
CP : 085255464904


0 komentar:

Posting Komentar