IM apa yang terbesit dalam pikiran anda jika sy meneyebutkan artis, seni dan hiburan??? Mungkin yang anda bayangkan adalah kehidupan yang glamor, taburan orang yang bermaksiat kepada Allah, mempertontonkan auratnya, hingar-bingar music yang memekakan telinga dan tentunya membuat kita lupa mengingat Allah.

Ya…itulah sepintas lalu gambaran mengenai dunia hiburan saat ini. Sangat sulit kita mencari hiburan tidak diwarnai dengan kemaksiatan dan hal-hal lain yang menyimpang dari syariat Allah. Sehingga wajar saja jika ada kalangan yang mengharamkan seni, music, dan hal-hal yang berbau hiburan.
IM bisa anda bayangkan bagaimana kehidupan kita tanpa adanya hiburan, seni dan music. Hidup akan terasa begitu hambar. Pada zaman keemasannya negara Islam bukanlah sebuah negara yang dingin dan kaku dari seni. Banyak ulama pada masa itu membuat hidup jadi lebih terarah dan para saintis dan insinyur membuat hidup lebih mudah dengan penemuan2nya, dan bertebaran pula para seniman menjadikan hidup lebih indah. Dan para seniman ini adalah orang-orang yang beriman, yang selalu menjadikan Islam sebagai poros hidupnya. Sangat berbeda dengan sebagian besar seniman saat ini. Banyak karya yang dihasilkan jauh dari nilai-nilai Islam, bahkan banyak karya seni yang justru melanggar ketentuan syariat Islam.
Di dalam bidang music misalnya, ternyata banyak alat music yang ada saat ini yang awalnya terinspirasi dari penemuan para ilmuan dan seniman muslim.
Seni musik berkembang begitu pesat di era keemasan Dinasti Abbasiyah. Perkembangan seni musik pada zaman itu tak lepas dari gencarnya penerjemahan risalah musik dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain itu, sokongan dan dukungan para penguasa terhadap musisi dan penyair membuat seni musik makin menggeliat. Apalagi di awal perkembangannya, musik dipandang sebagai cabang dari matematika. Boleh dibilang, peradaban Islam melalui kitab yang ditulis Al-Kindi merupakan yang pertama kali memperkenalkan kata ‘musiqi’(jelaskan sejarah musik dari yunani yang asalnya “muse”). Al-Isfahani (897 M-976 M) dalam Kitab Al-Aghani mencatat beragam pencapaian seni musik di dunia Islam.
Meski dalam Islam terdapat dua pendapat yang bertolak belakang tentang music, ada yang mengharamkan dan ada pula yang membolehkan. Pada kenyataannya, proses penyebaran agama Islam ke segenap penjuru Jazirah Arab, Persia, Turki, hingga India diwarnai dengan tradisi musik. Selain telah melahirkan sederet musisi ternama, seperti Sa’ib Khathir (wafat 683 M), Tuwais (wafat 710 M), Ibnu Mijjah ( wafat 714 M), Ishaq Al- Mausili (767 M-850 M), serta Al-Kindi (800 M-877 M), peradaban Islam pun telah berjasa mewariskan sederet instrumen musik yang terbilang penting bagi masyarakat musik modern. Berikut ini adalah alat musik yang diwariskan musisi Islam di zaman kekhalifahan dan kemudian dikembangkan musisi Eropa pasca- Renaisans:

Alboque atau Alboka
Keduanya merupakan alat musik tiup terbuat dari kayu berkembang di era keemasan Islam. Alboka dan alboque berasal dari bahasa Arab, ‘albuq’, yang berarti terompet. Inilah cikal bakal klarinet dan terompet modern. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam Historical facts for the Arabian Musical Influence, instrumen musik alboka dan alboque telah digunakan oleh musisi Islam di masa kejayaan. Instrumen musik tiup itu diperkenalkan umat Islam kepada masyarakat Eropa saat pasukan Muslim dari Jazirah Arab berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia wilayah barat daya Eropa, terdiri atas Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sedikit wilayah Prancis. Tak heran, jika masyarakat Eropa meyakini bahwa alboque berasal dari Spanyol, khususnya Madrid.
Gitar, Kecapi, dan Oud, menurut Maurice J Summerfield (2003) dalam bukunya bertajuk, The Classical Guitar, menyebutkan bahwa gitar modern merupakan turunan dari alat musik berdawai empat yang dibawa oleh masyarakat Muslim, setelah Dinasti Umayyah menaklukkan semenanjung Iberia pada abad ke-8 M. Oud kemudian berkembang menjadi kecapi modern. Gitar berdawai empat yang diperkenalkan oleh bangsa Moor terbagi menjadi dua jenis di Spanyol, yakni guitarra morisca (gitar orang Moor) yang bagian belakangnya bundar, papan jarinya lebar, dan memeliki beberapa lubang suara. Jenis yang kedua adalah guitarra latina (gitar Latin) yang menyerupai gitar modern dengan satu lubang suara.

Hurdy Gurdy dan Instrumen Keyboard Gesek
Hurdy Gurdy boleh dibilang sebagai nenek moyang alat musik piano. Alat musik ini ternyata juga merupakan warisan dari peradaban Islam di zaman kekhalifahan. Marianne Brocker dalam sebuah teori yang diajukannya menyebutkan bahwa instrumen yang mirip dengan hurdy gurdy pertama kali disebut dalam risalah musik Arab. Manuskrip itu ditulis oleh Al-Zirikli pada abad ke-10 M. Alat Musik Organ Jarak Jauh Menurut George Sarton, alat musik organ hidrolik jarak jauh pertama kali disebutkan dalam risalah Arab berjudul, Sirr Al-Asrar. Alat musik ini dapat didengar hingga jarak 60 mil. Manuskrip berbahasa Arab itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Roger Bacon di abad ke-13 M.
Instrumen Musik Mekanik dan Organ Hidrolik Otomatis Kedua alat musik itu ditemukan oleh Banu Musa bersaudara. Ilmuwan Muslim di zaman Abbasiyah ini berhasil menciptakan sebuah organ yang digerakkan oleh tenaga air. Secara otomatis tenaga air itu memindahkan silender sehingga menghasilkan musik. Prinsip kerja dasar alat musik ini, papar Charles B Fowler, masih menjadi rujukan hingga paruh kedua abad ke-19 M.
Banu Musa bersaudara juga mampu menciptakan peniup seruling otomatis. Inilah mesin pertama yang bisa diprogram. Menurut Francoise Micheau dalam bukunya berjudul, The Scientific Institutions in the Medieval Near East, Banu Musa mengungkapkan penemuannya itu dalam kitab bertajuk, Book of Ingenious Devices.
Timpani, Naker, dan Naqareh Alat musik timpani (tambur atau genderang) modern juga ternyata berasal dari peradaban Islam. Menurut Henry George Farmer (1988) dalam bukunya, Historical facts for the Arabian Musical Influence, cikal bakal timpani berasal dari Naqareh Arab. Alat musik pukul itu diperkenalkan ke benua Eropa pada abad ke-13 M oleh orang Arab dan Tentara Perang Salib. Biola, Rebec, dan Rebab Biola modern yang saat ini berkembang pesat di dunia Barat ternyata juga berawal dan berakar dari dunia Islam. Alat musik gesek itu diperkenalkan oleh orang Timur Tengah kepada orang Eropa pada masa kejayaan Kekhalifahan Islam.
Biola pertama berasal dari rebec yang telah digunakan oleh musisi Islam sejak abad ke-10 M. Cikal bakal biola juga diyakini berasal dari rebab alat musik asli dari Arab. Konon, Al-Farabi merupakan penemu rebab. Peradaban Islam di masa keemasan telah menyumbangkan beragam warisan penting bagi masyarakat modern. Masyarakat Barat ternyata tak hanya berutang budi karena telah menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan umat Islam di zaman kekhalifahan, tapi juga di bidang musik dan seni rupa.Pencapaian yang tinggi di bidang musik menunjukkan betapa masyarakat Muslim telah mencapai peradaban yang sangat tinggi di abad pertengahan.

Ishaq Al-Mausili Musisi Termasyhur Penemu Solmisari
Ishaq Al-Mausili (wafat 850 M) adalah salah seorang musisi Muslim terbesar di kancah dunia musik Arab pada zaman kekhalifahan. Darah seni menetes dari ayahnya, Ibrahim Al-Mausili (wafat 804 M), yang juga seorang musisi besar.
Ishaq terlahir di Al-Raiy, Persia Utara. Saat itu, sang ayah tengah mempelajari musik Persia. Sang ayah terus mengembara demi mempelajari dan mengembangkan seni musik yang sangat dicintainya. Suatu waktu, Ibrahim membawa putranya yang mash kecil ke Kota Baghdad metropolis intelektual dunia. Kelak, di pusat pemerintahan Ke - khalifahan Abbasiyah itulah nama Ishaq melambung sebagai seorang musisi legendaris. Kisah masa kecilnya juga tercatat dengan baik. Ishaq cilik memulai pendidikannya dengan mempelajari Alquran dari Al-Kisa’i dan Al-Farra.
Dari Hushaim ibnu Bushair, Ishaq mempelajari tradisi dan budaya. Sedangkan, pelajaran sejarah diperoleh nya dari Al-Asmai’i dan Abu Ubaidah Al-Muthanna. Sejak kecil, ia sudah kepincut dengan musik. Na - mun, sang ayah bukanlah satu-sa tunya guru yang memperkenalkan dan mengajarinya seni musik. Me nurut Miss Schlesinger, Ishaq mempelajari musik dari sang paman, Zalzal, dan Atika binti Shuda yang juga musisi terkemuka. Ishaq dikenal sebagai sosok manusia yang kaya dengan budaya. Ia adalah musisi yang intelek. Hal itu dibuktikan dengan perpustakaan pribadinya yang tercatat se bagai yang terbesar di Baghdad.
Ishaq telah memberi sumbangan penting bagi pengembangan ilmu musik. Ternyata, dialah musisi yang memperkenalkan solmisasi: do re mi fa sol la si do. Ishaq Al-Mausili memperkenalkan solmisasi dalam bukunya, Book of Notes and Rhythms dan Great Book of Songs, yang begitu populer di Barat. Musisi Muslim lainnya yang juga memperkenalkan solmisasi adalah Ibn Al-Farabi (872 M-950 M) dalam Kitab Al-Mausiqul Kabir. Selain itu, Ziryab (789 M-857 M), seorang ahli musik dan ahli botani dari Baghdad, turut mengembangkan penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol jauh sebelum Guiddo Arezzo muncul de ngan notasi Guido’s Handnya.
Peradaban Barat kerap mengklaim bahwa Guido Arezzo adalah musisi yang pertama kali memperkenalkan solmisasi lewat notasi Guido’s Hand. Ternyata, notasi Guido’s Handmilik Guido Arezzo hanyalah jiplakan dari notasi arab yang telah ditemukan dan digunakan sejak abad ke-9 oleh para ilmuwan Muslim.
Para ilmuwan yang telah menggunakannya, antara lain Yunus Alkatib (765 M), Al-Khalil (791 M), Al- Ma’mun (wafat 833 M), Ishaq Al- Mausili (wafat 850 M), dan Ibn Al- Farabi (872 M-950 M). Ibn Firnas (wafat 888 M) pun turut berperan dalam penggunaan solmisasi tersebut di Spanyol. Karena, ia adalah orang yang memperkenalkan masyarakat Spanyol terhadap musik oriental dan juga merupakan orang yang pertama kali mengajarkannya di sekolah-sekolah Andalusia.
Guido Arezzo mengetahui solmisasi tersebut dengan mempelajari Catalogna, sebuah buku teori musik berbahasa Latin yang berisi kumpulan penemuan ilmuwan Muslim di bidang musik. Solmisasi tersebut ditulis dalam Catalogna yang diterbitkan di Monte Cassino pada abad ke-11. Monte Cassino merupakan daerah di Italia yang pernah dihuni masyarakat Muslim dan juga pernah disinggahi oleh Constantine Afrika. Lagi-lagi, peradaban Barat mencoba memanipulasi sejarah.
Seni musik dan suara juga pada masa keemasan Islam digunakan untuk terapi mental. Bacaan Al-Quran dapat dilantunkan dengan suara yang indah untuk suasana apapun, sedih ataupun gembira. Rasulullah membolehkan lagu dan musik dimainkan untuk mengiringi acara gembira seperti walimah nikah. Semula yang berkembang adalah nasyid, konser vocal tanpa instrument atau barat dikenal dengan “accapella”. Berbagai lirik nasyid yang penuh makna diciptakan untuk berbagai peringatan, misalnya maulid nabi. Konon Salahuddin Al-Ayubi mengadakan sayembara untuk ikut agar masyarakat ingat kembali pada sirah nabawiyah dengan cara yang indah dan menyenangkan. Kiat ini dilakukan untuk memperkuat kembali kaum muslimin dalam menghadapi tentara salib.

Seni Lukis/Seni Rupa
Selain seni musik peradaban Islam juga meruapakan cikal bakal lahirnya seni lukis dan seni rupa. IM bukankah patung dan lukisan makhluk bernyawa itu diharamkan dalam Islam? Lalu bagaimana bisa seniman Islam mengembangkan seni lukis??? Berikut sejarahnya…
Ketika aliran naturalis yang menggambar atau mebuat patung hewan atau manusia diharamkan para seniman muslim dapat tetap meluangkan kreativitasnya dalam bentuk abstrak yang memerlukan jiwa seni dan kemampuan matematis yang lebih tinggi, misalnya dalam bentuk kaligrafi yang rumit yang juga tertuang pada karpet atau keramik, arsitektur masjid yang canggih atau taman kota yang simetri. Bentuk seni rupa yang seolah-oleh dapat mengantarkan kita pada ketenangan jiwa dan membuat kita lebih dekat kepada Allah.
IM seperti inilah watak khas para seniman Islam dulu. Ketika ada syariat Islam yang mengharamkan lukisan dan patung hewan dan manusia, mereka sami’ na wa atho’na…mereka dengar dan taat dan mereka meninggalkan itu semua, tanpa takut kreativitas mereka akan berkurang. Justru ketika mereka menginggalkan apa yang diharamkan oleh Allah, ternyata mereka bisa menghasilkan karya yang jauh lebih bagus dari pada sekedar patung manusia atau lukisan hewan.
Bagaimana dengan sebagian seniman saat ini? Banyak diantara seniman yang mengeksploitasi pornografi dan pornografi kemudian mereka berlindung di balik jargon kebebesan berekspresi. Ketika karya mereka dilarang karena bertentangan dengan syariat Islam, dengan gampangnya mereka menjawab, ini masalah seni jangan bawa2 agama ke dalam masalah seni. Maka wajar saja IM jika hasil karya seniman-seniman yang tidak Islami saat ini justru semakin memperparah kerusakan akhlak generasi muda Islam.
Dunia sastra juga menggelora dengan karya-karya yang menggugah. Berbagai hikayat dari zaman pra Islam dimodifikasi dan diberi semangat iman. Karya sastra yang paling legendaris tentu saja adalah “Kisah 1001 Malam” dengan tokoh ratu Persia Syahrazad yang setiap malam tidak lelah mendongeng kisah-kisah fantastis seperti Aladin, Ali Baba atau Sinbad ke suaminya raja Syahriar dan baru berhenti saat adzan subuh pada titik yang membuat sang raja penasaran. Setelah 1001 malam ada perubahan yang signifikan dari raja Syahriar, yang semula dikenal sebagai raja yang kejam, yang karena takut dikhianati, ia kemudian menyingkirkan istrinya pada hari kedua pernikahannya. Namun Syahrazed berhasil mengubah kebiasaannya itu dengan sebuah dongeng yang indah.
Karya sastra juga sering dirangkai untuk memberikan pelajaran. Ibnu Malik membuat puisi 1.000 bait yang dikenal dengan “Alfiah Ibnu Malik” untuk memberikan pelajaran bahasa Arab secara konferhensif. Siapapun hafal 1.000 bait dia telah belajar dan menguasai nahwu, sharaf dan balaghah sekaligus.
IM tentu sangat berbeda dengan dongeng-dongeng yang ada saat ini yang hanya menjaul mimpi dan miskin dari nilai-nilai Islam.
Dalam seni gerak, seni acrobat sudah diterima oleh Rasulullah, bahkan Rasulullah telah menyaksikan pertunjukan suatu tim dari Habasyah bersama ummul mukminin aisyah di masjid. Seni gerak ini kemudian berkembang pesat dikalangan sufi, seperti halnya kaum darwish di Turki, yang mendapatkan semacam perasaan “ectasse” ketika berputar-putar ratusan kali sambil berzikir.
IM ada fakta menarik dari semua kejadian yang telah dipaparkan diatas, bahwa kaum muslimin mempelajari dan menerjemahkan buku-bukuseni dari berbagai penjuru, lalu memodofikasinya. Namun mereka tidak pernah merasa perlu mempelajari dan menerjemahkan buku-buku hukum, meski dengan alasan akan dimodifikasi. Hal ini karena mereka paham bahwa untuk persoalan hukum Al-Quran dan Sunnah sudah merupakan sumber hukum yang sempurna yang tak mungkin orang tersesat jika telah berpegang pada keduanya.
IM muslimin sekali lagi Islam bukanlah agama yang kaku dan tidak mengakomodasi perkembangan seni. Justru ketika peradaban Islam tegak seni berkembang dengan pesat. Para ilmuan dan seniman muslim telah membuat berbagai alat-alat musik yang masih dipakai sampai saat ini. Justru Islam hadir untuk mebuat seni menjadi jembatan kepada kita untuk lebih dekat kepada Allah. Islam hadir dan mampu mejadikan seni sebagai sebagai pendobrak semangat kaum muslimin di medan perang. Islam hadir untuk membuat seni mampu menjadi sarana yang menyadarkan seorang raja untuk kembali kepada jalan Allah, seperti kisah Raja Syahriar. Karena memang Islam hadir didunia ini untuk menjadi rahmat lil alamin, rahmat bagi semesta alam, dengan syarat Islam diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.


0 komentar:

Posting Komentar