Senin, 28 September 2009

Nikah Tak Butuh Cinta

Banyak orang bilang bentangan waktu selama mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) adalah kurun waktu untuk menggadaikan idealism untuk mereka yang meyandang predikat sebagai seorang islam ideologis. Hipotesa ini muncul dari pengalam pribadi para pelaku KKN. Katanya banyak sekali momen-momen yang akan kita temui yang mana momen itu sangat bertentangan dengan idealisme kita. Dan disinilah idealism itu akan diuji, apakah kita layak untuk dikatakan sebagai sang penggenggam ideology ataukah justru kita secara terpaksa merenggangkan genggaman kita dan melepaskan idealisme yang telah kita genggam erat.

Jawabannya tergantung sekuat apa sang penggenggam ideology itu menggenggamnya. Dan sejauh mana dahsyatnya rayuan sehingga mampu membuatnya untuk berkompromi. Jawabannya sangat subjektif sekali.
Namun terlepas dari semua itu ajang KKN membawa sejuta kenangan dan inspirasi yang dapat dijadikan sebagai pengalaman sakaligus sebagai batu tumpuan untuk melanjutkan sisa-sisa kehidupan yang tak tahu tinggal berapa lama lagi.
Banyak sebenarnya fenomena-fenomena menakjubkan yang mampu untuk menjadi pelajaran bagi mereka yang mau sejenak untuk berpikir. Namun bagi mereka yang melaluinya tanpa terbesit sedikit pun keinginan untuk mencerap kemudian memikirkannya maka masa KKN hanya akan berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas yang mampu untuk menjadi inspirasi.
Dari sekian banyak hamburan fenomena hidup selama KKN ada satu fenomena yang menarik untuk dicermati dan diceritakan lewat seuntai wacana ini. Ya…KKN melibatkan anak-anak muda yang berjiwa panas dan memiliki naluri yang semenara bergejolak. Aura perasaan tertarik terhadap lawan jenis lagi menuju klimaksnya. Perasaan ini sering mereka perhalus dengan kata “cinta”. Walaupun saya pribadi sangat tidak setuju jika pengumbaran naluri ketertarikan terhadap lawan jenis yang liar itu disbut cinta. Karena cinta adalah anugrah suci yang diturunkan oleh sang pemilik cinta dan agar kesuciannya tetap terjaga maka penyalurannya harus merujuk pada apa yang dititahkan oleh sang pemilik cinta sejati.

Banyak orang bilang tanpa cinta tak mungkin dua insan anak manusia mampu bersatu. Apalagi jika memiliki niat bersatu dan melebur dalam mahligai rumah tangga. Konon cinta menjadi salah satu syarat yang wajib ada sebulum ikrar suci diungkapkan di depan sang penghulu. Dari alasan inilah banyak generasi adam dan keturunan hawa yang menjadikannya sebagai sebuah alasan untuk memupuk dahulu cinta sebelum melanggeng menuju singgasana raja dan ratu sehari.
Nah masa untuk memupuk cinta ini agar bisa tumbuh subur ini disebut sebagai masa penjajagan atau lebih lazim disebut masa pacaran. Entah bagaimana sejarahnya sampai masa ini disebut sebagai masa pacaran. Jadi para penggiat cinta dengan kelemahan akalnya telah mencoba membuat sebuah manuskrip yang berisi alur perjalanan cinta. Yang mana jika ada seseorang yang berusaha untuk tidak melewati tahapan yang telah dibuat dalam manuskrip itu maka kebahagiaan akan jauh darinya.
Sebelum berlanjut untuk mengarungi bahtera rumah tangga, sepasang insan terlebih dahulu wajib melalui masa pacaran. Masa ini adalah tempat melakukan perkenalan dan penjajagan satu sama lain. Setelah merasa cocok barulah boleh melangkah ke jenjang yang lebih serius lagi.
Namun semua logika ini terbantahkan ketika terjadi fenomena merebaknya perasaan cinta saat KKN berlangsung. Sebutlah di sebuah posko antah berantah, yang ternyata telah mampu mencetak tiga pasangan sekaligus. Entah sampai cerita ini dibuat apakah mereka masih langgeng atau sudah memutuskan mencari jalan masing-masing karena menyadari mereka sementara terlibat dalam suatu lakon sandiwara yang berjudul kamuflase cinta. Padahal mereka adalah sepasang anak manusia yang tak pernah berkenalan sebelumnnya.
Cinta memang menyimpan sejuta misteri. Ia akan muncul secara tiba-tiba kemudian membesar dalam waktu singkat dan kedatangannya tak perlu diundang. Makanya bukan hal yang ajaib jika ada orang yang berani mengarungi bahtera rumah tangga padahal sebelumnya belum pernah saling kenal, namun ternyata rumah tangganya pun dapat berlangsung langgeng semakin erat seiring berjalannya waktu. Namun diseberang sana ada pasangan yang telah lama memadu kasih dalam jejaring pacaran dan ternyata kesucian rumah tangga itu hanya mampu dijaga seumur jagung belaka.
Jadi sebenarnya nikah tak butuh cinta. Cinta bisa tumbuh saat akad nikah itu telah terucap. Cinta dapat tumbuh disaat sepasang insan sering bertemu, sering bersama, sering berbagi, seperti apa yang sering dilakukan oleh mahasiswa KKN sehingga sangat memungkinkan cinta itu tumbuh diantara mereka. Terlebih lagi cinta itu adalah hidayah Allah. Selama niat menikah itu didasari untuk menjaga kehormatan dan kesucian diri serta dalam rangka menjalankan syariat Allah demi meraih ridha-Nya, maka dengan niat luhur seperti itu yakinlah Allah akan menong siapa saja yang memiliki niat luhur seperti itu. Dan salah satu bentuk pertolongan Allah yang paling mungkin adalah menumbuhkan rasa sayang di antara sepasang insan tadi. Dan Allah lah yang akan menjagga rajutan cinta yang telah mereka sulam berdua. Hal ini adalah perkara yang sangat mudah bagi Allah. Menumbuhkan cinta tidak lebih sulit daripada mengakhirkan kehidupan dunia. menjaga ketentraman rumah tangga tidak lebih sulit daripada menerbitkan matahari dari barat.
Untuk itu jangan terlalu percaya dan latah mengikuti manuskrip jejang cinta yang telah disusun oleh manusia yang sebenarnya adalah sosok yang paling tidak mengerti apa itu cinta. Jalani dan rajutlah cinta sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh sang pemilik cinta, karena hanya dengan itulah cinta akan menemukan bentuk sejatinya. Dan dengan pertolongannya rumah tanggamu akan menjadi titian yang membimbingmu menuju mahligai surge, insya Allah…



0 komentar:

Posting Komentar